IPOL.ID – ICMI Muda memulai roadshow silaturahim strategis ke sejumlah ormas Islam. Roadshow dilakukan terkait gagasan perjuangan mewujudkan kepemimpinan umat untuk bangsa melalui gerakan ‘Pilpres 2024 Duet NU-Muhammadiyah’.
Bertempat di kantor Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah di kawasan Menteng Jakarta pada 28 Juni, perwakilan PP Muhammadiyah Faiz Rafdli menerima secara resmi kunjungan ICMI Muda.
Faiz didampingi Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah, Sekretaris PP Nasyiatul Aisyiyah, dan unsur pimpinan IMM.
Usai menyimak penjelasan dari ICMI Muda dan berdialog selama hampir dua jam, Faiz menegaskan, apresiasi positif Muhammadiyah terhadap gagasan dan inisiasi gerakan ‘Pilpres 2024, Duet NU-Muhammadiyah’ yang diusung ICMI Muda.
“Apakah nanti ini jadi kajian serius, dibawa ke Tanwir, atau sampai Muktamar Muhammadiyah, wallahu a’lam. Kami tidak ingin mendahului. Namun sekali lagi, kami mengapresiasi apa yang sudah dilakukan oleh ICMI Muda. Saya kira ini malah mendahului yang lain,” tutur Faiz dalam keterangan pers yang diterima pada Kamis (30/6/2022).
Dia mengatakan, umat Islam saat ini merasakan problem bangsa yang sama. Sehingga, dia menyambut baik upaya gerakan keummatan ini.
PP Muhammadiyah akan membawa pesan ICMI Muda tersebut dan berharap masuk pembahasan dalam agenda Muktamar bahkan menjadi rekomendasi Muktamar jika memungkinkan.
“Namun ini perlu kajian serius. Meski demikian, bicara politik 2024 semua sangat mungkin. Termasuk duet Muhammadiyah-NU,” ujar Faiz.
Ia menambahkan, bahwa PP Muhammadiyah sangat berkepentingan terhadap Pilpres 2024. Tentunya bukan pada nama atau figur tertentu, namun lebih pada nilai-nilai dari kepemimpinan yaitu baldatun toyyibatun wa robbun ghofur.
“Saat ini Muhammadiyah juga sedang mengkaji betul tentang nilai-nilai tersebut, termasuk diantaranya mengkaji peluang menimbang ulang sistem Pemilu langsung. Selain itu juga mengkaji kembali institusi yang memiliki kekuatan tertinggi saat ini yaitu Mahkamah Konstitusi,” paparnya.
Faiz dalam kesempatan tersebut juga menjelaskan sikap Muhammadiyah dalam politik di Indonesia.
“Muhammadiyah itu wasatiyah, Muhamamdiyah menjadi rumah bangsa, Muhamamdiyah relatif di tengah dan tidak tergoda ke kanan ke kiri dan terus konsisten menjaga itu. Dan ini tidak mudah, ini penting bagi Muhammadiyah. Muhammadiyah konsisten dengan tidak tergoda politik praktis,” ujar Faiz.
Ketua Dewan Istiqamah ICMI Muda yang juga penggagas gerakan ‘Pilpres 2024, Duet NU-Muhammadiyah’ AM Iqbal Parewangi menjelaskan, pentingnya perjuangan mewujudkan kepemimpinan umat untuk bangsa, termasuk lewat gerakan ‘Pilpres 2024, Duet NU-Muhammadiyah’. Ia mencontohkan bagaimana dampaknya jika kepemimpinan nasional tidak berpihak pada umat dan bangsa.
“Kita tahu 5 persen sekolah menengah di Indonesia milik Muhammadiyah. Bahkan perguruan tinggi Muhammadiyah lebih banyak dari perguruan tinggi negeri. Itu kontribusi luar biasa. Tetapi dari anggaran pendidikan 169 triliun rupiah pada APBN 2022, misalnya, berapa yang menetes ke sekolah Muhammadiyah? Terlalu kecil, itupun kalau ada,” urai Iqbal.
Ketua Badan Kerjasama Palemen DPD RI 2014-2019 itu juga mengingatkan angka statistik survei publik, bahwa sekitar 54 persen pemilih di Indonesia berafiliasi dengan NU dan Muhammadiyah. Ia menekankan perlunya rekonstruksi kesadaran tentang kepemimpinan nasional.
“Sesuai ijtihad siyasah kami di ICMI Muda, perlu tampil duet NU dan Muhammadiyah memimpin bangsa ini. Dan untuk itulah, ICMI Muda menginisiasi gerakan yang kami sebut ‘Pilpres 2024, Duet NU-Muhammadiyah’,” kata Iqbal.
Sementara itu Ketua Presidium ICMI Muda, Tumpal Panggabean juga berharap, akan terwujudnya kolaborasi antara ICMI Muda dengan Ormas Islam besar seperti PP Muhamamdiyah untuk bersatu membangun gerakan politik keummatan.
“Agenda kita sama. Apa yang sudah kita perbuat dan perjuangkan sama. Hanya saja gerakannya belum dilakukan secara bersama-sama dalam membangun gerakan politik keummatan,” kata Tumpal.