IPOL.ID-Klub raksasa FC Barcelona mengalami fase naik turun dari era Ernesto Valverde, Quique Setien, Ronald Koeman, sampai akhirnya legenda klub Xavi Hernandez melatih.
Comeback Xavi diwarnai dengan era baru di periode kedua Joan Laporta memimpin Barcelona. Dengan sentuhan ’emasnya’, Laporta membangkitkan Barcelona meski saat ini dililit utang besar yang mencapai 1,3 miliar euro.
Berbagai strategi digunakan Laporta untuk mengakalinya dan melakukannya dengan istilah pengungkit ekonomi (economic lever). Alhasil, Barcelona merekrut pemain dari Pablo Torre, Andreas Christensen, Franck Kessie, Raphinha, dan Robert Lewandowski.
Barcelona mengeluarkan uang melebihi 100 juta euro untuk memboyong Raphinha dan Lewandowski, sampai membuat Julian Nagelsmann – pelatih Bayern Munchen – heran.
“Barcelona: satu-satunya klub yang tidak punya uang tapi kemudian membeli setiap pemain yang mereka inginkan. Saya tidak tahu bagaimana (Barcelona melakukannya). Agak aneh, agak gila,” ucap Nagelsmann kepada Sport1.
Apapun opini publik Laporta tak memedulikannya. Dengan strategi yang diterapkannya – dan juga berisiko, Laporta ingin membangkitkan Barcelona dan mengembalikan klub ke habitatnya: disegani di Spanyol, Eropa, dan dunia.
“Kami sangat senang dan berterima kasih kepada Robert. Pria ini telah melakukan upaya yang luar biasa, kami bangga Anda ingin datang ke sini dan bermain untuk kami,” ucap Laporta pada acara pengenalan Lewandowski dikutip dari Sport-English.
“Kami mencoba membuat tim yang semakin kompetitif, kami berkembang dengan baik. Saya ingin berterima kasih kepada seluruh departemen sepak bola, yang dipimpin oleh Mateu Alemany dan Jordi Cruyff dan Wakil Presiden Olahraga, Rafa Yuste, atas penandatanganan ini, yang memiliki dampak global.”
“Kami memulihkan bobot spesifik yang dimiliki Barcelona dan memposisikan Barcelona di dunia lagi. Kami akan terus membangun tim yang kompetitif, dalam batasan apa yang dapat kami lakukan,” tegas dia. (bam)