IPOL.ID – Kehadiran kereta cepat Jakarta-Bandung kembali disorot. Kali ini terkait nilai bisnis yang “wah” dan minimnya daya ungkit ekonomi.
Anggota Komisi VI DPR dari Fraksi PKS, Amin AK, mengungkapkan, perlu 42 tahun untuk menutupi atau mengembalikan modal dari proyek kereta cepat Jakarta-Bandung (KCJB).
Di atas kertas, lanjut dia, proyek megah tersebut tidak akan pernah untung. Tudingan ini berdasarkan kajian-kajian yang ada. “Mengangkut 30.000 penumpang per hari, ini kajian objektifnya. Lalu tiketnya Rp250.000, itu setahun pendapatan dari PT yang mengelola proyek ini hanya Rp2,7 triliun,” sebutnya dalam konferensi pers online, Jumat (5/8).
Lebih lanjut dikatakan, seandainya seluruh pendapatan itu nanti di-matching-kan dengan modal Rp114 triliun, maka butuh 42 tahun untuk menutup pengeluaran proyek.
Amin menuturkan, tak ada bisnis yang hanya dihitung pendapatannya saja. Karena ada biaya-biaya lain yang harus dikeluarkan, salah satubya biaya operasional.
“Nah jika dianggap untungnya 10% dari pendapatan, maka butuh waktu ratusan tahun proyek ini baru BEP (Break Even Point) atau kembali modal,” tambahnya.
Karena itu, Amin berpendapat, proyek KCJB tidak masuk akal secara hitungan bisnis. Proyek hanya akan menjadikan BUMN semakin tertatih-tatih.
Ditengok dari sisi benefit, KCJB juga tidak menghasilkan keuntungan apapun. “Iklim usaha apa di lintasan (kereta cepat) itu, masyarakat apa dengan jenis usaha apa yang bisa ditumbuhkan, itu tidak ada,” tukasnya.
Dengan demikian, daya ungkit ekonominya tidak ada. “Justru terjadi dampak sosial yang besar,” pungkasnya