IPOL.ID – Rakyat antusias memasang bendera Merah Putih dan umbul-umbul dalam menyambut Hari Kemerdekaan ke-77 RI. Sayangnya jika ditelaah lebih dalam, Indonesia ternyata masih belum merdeka.
“Saya mulai dengan cerita era Soekarno. Sebenarnya Konferensi Meja Bundar (KMB) 27 Desember 1949 itu adalah asal muasal Indonesia dijajah. Jadi, setelah merdeka, habis-habisan bertahan, aksi militer satu, aksi militer dua. Maka sejak KMB 27 Desember 1949 melahirkan Republik Indonesia Serikat (RIS), maka sesungguhnya hingga saat ini Indonesia masih belum merdeka,” ungkap pengamat ekonomi, Ichsanuddin Noorsy, dalam diskusi publik ‘Refleksi 77 Tahun Indonesia Merdeka Membangun Ekonomi, Politik, dan Hukum yang Beradab’ yang digelar Forum News Network (FNN) di aula lantai 9 Soho Pancoran, Jakarta, baru-baru ini.
Ichsan –panggilan akrabnya- menilai ada tiga hal yang menandai Indonesia belum merdeka. “Pertama, Indonesia ingin tetap tertib mempertahankan birokrasi di perusahaan-perusahaan asing. Kedua, Indonesia diminta untuk mematuhi ketentuan ekonomi dan keuangan yang ditetapkan oleh IMF. Dan yang menarik adalah ketiga, Indonesia diminta untuk melunasi utang pemerintah Hindia Belanda sebesar 4,5 miliar gulden. Padahal utang itu dibuat dalam rangka Belanda menyerang Indonesia,” paparnya.
Ichsan mengartikan ketiga hal itu sebagai bentuk penundukan dan penerimaan terhadap invasi, intervensi, infiltrasi, interferensi, dan intimidasi.
Dalam upaya melawan penjajahan tersebut, mantan anggota DPR tersebut mengatakan, Soekarno membatalkan perjanjian KMB pada 1956. “Padahal KMB adalah salah satu wujud intervensi, invasi, infiltrasi, interferensi, dan intimidasi, dibatalkan oleh Soekarno. Apa artinya? Soekarno tidak ingin membayar utang yang dibuat oleh pemerintah Hindia Belanda, Soekarno tidak mau menjadi anggota IMF, dan Soekarno tidak ingin perusahaan-perusahaan Belanda mengeruk habis harta. Maka dilakukanlah nasionalisasi,” jelas Ichsanuddin.
Faktor ekonomi yang begitu disoroti oleh Ichsanuddin Noorsy menjadi faktor yang sangat menentukan masa depan. Bahkan Ichsanuddin memaparkan kemungkinan terjadi atau tidaknya sebuah krisis ekonomi.
Dan pada akhir pernyataan, Ichsanuddin yang pernah menjadi wartawan itu mengajak untuk menjalankan visi dan misi bangsa Indonesia. “Kita kembali ke dalam visi dan misi Indonesia. Visi Indonesia adalah Indonesia yang bebas, merdeka, berdaulat, adil, dan makmur, alinea kedua Undang-undang Dasar. Dan misinya adalah alinea keempat,” pungkasnya.
Selain Ichasnuddin Noorsy, pembicara yang hadir dalam diskusi tersebut antara lain anggota DPD Tamsil Linrung, mantan Menteri Kehutanan MS Kaban, pengamat politik Rocky Gerung, praktisi hukum Ahmad Yani dengan moderator Hersubeno Arief, wartawan senior FNN. (ahmad)