IPOL.ID – Tahun ini subsidi energi, termasuk BBM, mencapai Rp502,4 triliun. Namun untuk tahun depan, pemerintah memutuskan memangkas subsidi 33 persen dari outlook 2022.
Dengan demikian, anggaran subsidi dan kompensasi energi dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2023 hanya sebesar Rp336,7 triliun.
“Subsidi (energi) dan kompensasi Rp336,7 triliun. Dengan asumsi harga minyak relatif lebih rendah USD90 per barel. Kurs diperkirakan dalam situasi relatif lebih baik dibanding sekarang,” ungkap Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam Konferensi Pers Nota Keuangan dan RAPBN 2023 di Jakarta, Selasa (16/8).
Menkeu menyebut detail subsidi energi tahun depan. Rinciannya, sebesar Rp210,7 triliun atau sedikit meningkat dibandingkan outlook tahun ini Rp208,9 triliun. Sedangkan Alokasi kompensasi Rp126 triliun atau turun 57 persen dari outlook 2022 Rp293,5 triliun.
Dikatakannya, alokasi turun lantaran pemerintah memperkirakan harga komoditas, khususnya minyak dunia akan mulai stabil pada tahun depan. Di sisi lain, kurs diperkirakan dalam situasi relatif lebih baik dibandingkan saat ini yang volatile.
Menkeu memprediksi harga CPO akan turun dari USD1.352 per metrik ton menjadi USD920 per metrik ton di tahun 2023. Untuk batu bara turun dari USD251 per ton ke USD200.
Sedangkan minyak mentah turun dari USD100 hingga USD105 per barel ke level USD90 per barel. “Ini extraordinary, sebab gejolak volatilitas harga pengaruhi postur APBN. Namun kita tidak boleh membiarkan gejolak ini memengaruhi program-program pemerintah,” tandasnya.
Sri Mulyani menggaris bawahi, meski turun 33 persen, subsidi energi masih terbilang banyak. Sehingga volume untuk solar, pertalite dan LPG tetap dikendalikan agar tidak terjadi pembengkakan subsidi dan kompensasi.
Untuk subsidi nonenergi, lanjut dia, tahun depan dialokasikan Rp86,5 triliun atau naik 14,3%. “Penggunaan volume BBM bersubsidi harus dikendalikan,” tegasnya. (ahmad)