Rusia mengalami kontraksi 4 persen pada kuartal II/2022, berdasarkan data yang dipublikasikan oleh Badan Statistik setempat. Padahal, pada kuartal pertama tahun ini ekonomi Rusia tumbuh 3,5%.
Meskipun kondisi ekonominya tengah tak menentu, Pemerintah Rusia sudah bersiap memobilisasi ekonomi untuk masa perang berkepanjangan dengan Ukraina.
Financial Times melaporkan, Rusia akan memiliki kuasa kontrol yang lebih besar atas bisnis swasta. Hal itu menandakan mereka bersiap melakukan perang jangka panjang demi menguasai Ukraina.
Selama disanksi, Rusia juga melakukan beberapa langkah agar selamat. Salah satunya menaikkan suku bunga pada akhir Februari lalu. Bank Sentral Rusia menaikkan dari 9,5 persen ke rekor 20 persen per tahun.
Menariknya, The Washington Post mengungkap, bahwa Rusia meraup hampir USD100 miliar (Rp1.450 triliun) hanya dalam waktu 100 hari pertama perang. Uang itu didapat dari ekspor bahan bakar fosil dan gas. Hanya nilai total ekspor minyak dan gas Rusia mengalami penurunan lebih dari USD1 miliar per hari.