” Awan Cumulonimbus dengan persentase cakupan spasial maksimum antara 50-75% (OCNL / Occasional) selama 7 hari ke depan diprediksi terjadi di: Laut Andaman, Laut China Selatan, Laut Sulu, Laut Filipina, Samudera Hindia selatan Pulau Jawa hingga barat Pulau Sumatera, Sebagian kecil Pulau Sumatera, Pulau Jawa, Pulau Sulawesi, dan Pulau Papua, sebagian besar Pulau Kalimantan, Kepulauan Maluku, Selat Karimata, Laut Jawa, Selat Makassar, Laut Sulawesi, Laut Seram, Laut anda, Laut Aru, Samudera Pasifik Utara Pulau Papua,” tutur Dwikorita.
Sementara awan Cumulonimbus dengan persentase cakupan spasial >75% (FRQ/Frequent) selama 7 hari ke depan diprediksi terjadi di wilayah udara Laut China Selatan.
Di konferensi pers yang sama, Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto, menegaskan, awan CB lebih berdampak kepada kenyamanan penumpang saat terbang. Sedangkan pembatalan penerbangan dikarenakan aerodrome warnings.
Dia mencontohkan, pembatalan take off dan mendaratnya pesawat lebih disebabkan oleh visibility dan run way basah atau kering. “Awan CB menimbulkan ketidaknyamanan penumpang, ada goncangan-goncangan,” pungkasnya. (ahmad)