“Jadi Megawati memegang peran kunci siapa akhirnya dicalonkan Capres oleh PDIP dan siapa pendamping calon wapresnya,” tukasnya.
Menurut dia, untuk kepentingan partai, PDIP, juga kepentingan bangsa, Megawati cukup memiliki perhitungan matang. Di tahun 2014, Megawati secara rasional menyerahkan kursi capres kepada Jokowi, paling tinggi elektabilitasnya saat itu.
Menjelang pendaftaran papres-cawapres di September 2023, jika dari kader PDIP, hanya Ganjar memungkinkan PDIP memenangkan Pilpres 2024, secara rasional Ganjar potensial dicalonkan PDIP.
Namun sebelum September 2023, Puan putri mahkota diberikan kesempatan pertama menaikan elektabilitasnya, agar dapat menjadi Capres PDIP yang memenangkan Pilpres 2024.
Sama halnya Golkar sendiri. Hingga September 2023, AH tetap diberikan kesempatan pertama menaikan elektabilitasnya agar menjadi Capres Golkar yang menang Pilpres 2024.
Namun jika hingga September 2023, pasangan Ganjar-AH tetap berada di puncak, pasangan ini menjadi pilihan rasional baik bagi PDIP, ataupun Golkar, ataupun KIB. “Itulah pilihan berpolitik dengan akal sehat, namun demikian ini belum final, kita lihat dinamika elektabilitas sosok maupun partai politik kedepannya,” tutup Adjie. (Joesvicar Iqbal/msb)