Sementara itu, secara paralel, dalam konteks internasional, melalui COP15 CBD yang akan digelar di Montreal pada Desember 2022 Menteri Siti mengatakan Indonesia akan terus mengawal adanya kerangka pelestarian biodiversitas global paska -2020 yang tidak hanya memuat klaim retoris, tetapi berbagai aksi nyata yang dapat dibanggakan.
Lebih lanjut, Menteri Siti menyatakan, sebagai ujung tombak konservasi lingkungan, selama 2021-2022, 388 Mama Bambu di 21 desa pada 7 kabupaten di Pulau Flores, NTT, telah menjadi ujung tombak program restorasi lahan kritis, konservasi air dan mitigasi Perubahan Iklim melalui pembibitan dan penanaman bambu secara masif. Bekerja di halaman rumahnya masing-masing para Mama Bambu mengatasi berbagai tantangan Pandemi Covid 19 dan Siklun Seroja, dan berhasil menghasilkan total 3,1 juta bibit, di mana 1,5 juta di antaranya kini telah ditanam permanen di lahan kritis, tepi sungai dan mata air.
“Atas capaian tersebut, Mama Bambu adalah bukti nyata betapa perempuan mampu berperan penting dalam aksi-aksi konservasi,” ungkapnya. (timur)