IPOL.ID – Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA menyebutkan pasangan Calon Presiden (Capres) dan Calon Wakil Presiden (Cawapres) Ganjar Pranowo-Airlangga Hartanto (AH) hingga saat ini tetap unggul. Meski pun Joko Widodo (Jokowi) nantinya mendukung pasangan lain.
“Efek dukungan (endorsement) Jokowi kepada perubahan elektabilitas pasangan capres tidak besar. Efek dukungannya kurang dari dua persen,” klaim Direktur KCI, LSI Denny JA, Adjie Alfaraby dalam keterangan pers, Rabu (23/11) siang.
Terkait survei LSI pada Oktober 2022, Alfaraby menjelaskan, pada kasus hari ini saja, pasangan Ganjar-AH unggul diatas pasangan lainnya diatas 3%. Pasangan capres manapun didukung Jokowi, pasangan Ganjar-Airlangga Hartarto tetap unggul.
Demikian salah satu temuan penting dari survei nasional terbaru LSI Denny JA. Dikupas Alfaraby, mengenai simulasi endorsement Jokowi terhadap elektabilitas pasangan capres pada Pilpres 2024 menggunakan tiga pasang capres-cawapres yaitu Anies Baswedan-Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), Ganjar Pranowo-Airlangga Hartarto (AH), dan Prabowo Subianto-Puan Maharani.
“Seandainya Jokowi mendukung pasangan Ganjar-AH, maka Ganjar-AH diposisi teratas, paling unggul elektabilitas sebesar 29,9 persen. Diposisi kedua ada Anies-AHY, elektabilitas sebesar 24,6 persen, dan posisi ketiga diraih Prabowo-Puan, elektabilitas 22,1 persen,” ungkapnya.
Bagaimana seandainya Jokowi mendukung Prabowo-Puan? Alfaraby menerangkan, posisi pertama, masih Ganjar-AH dengan elektabilitas 28,4 persen. Kedua, Anies-AHY elektabilitas 24,6 persen, dan posisi ketiga Prabowo-Puan, 23,8 persen.
“Dukungan Jokowi ke Prabowo-Puan, tidak mengubah elektabilitas Anies-AHY,” paparnya.
Seandainya dukungan Jokowi ke Anies-AHY, elektabilitas Ganjar-AH tetap paling unggul sebesar 28,5 persen. Kedua, Anies-AHY dengan elektabilitas 26,3%, dan posisi ketiga Prabowo-Puan hanya 22,5 persen.
Lebih lanjut, di segmen mana efek dukungan Jokowi terhadap capres-cawapres mengubah dukungan Ganjar-AH, Alfaraby menyebut, efek endorsement Jokowi atas elektabilitas Ganjar-AH dalam segmen pendidikan paling besar di segmen tamat SD sederajat sebesar 2,4 persen.
“Efek endorsement Jokowi atas elektabilitas Ganjar-AH pada segmen pendapatan paling besar dipendapatan di bawah Rp2 juta/bulan sebesar 3,1 persen,” ujarnya.
Bahkan, katanya, efek dukungan Jokowi atas elektabilitas Ganjar-AH di segmen gender besar dipilih laki-laki diangka 1,7 persen.
Elektabilitas Ganjar-AH pada segmen agama paling besar di segmen agama Non-Islam sebesar 6,1 persen. Di segmen teritori paling besar teritori Timur sebesar 3,9 persen. Meliputi, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Papua, Bali, Nusa Tenggara Barat (NTB), dan Nusa Tenggara Timur (NTT).
Sedangkan efek dukungan Jokowi atas elektabilitas Prabowo-Puan di segmen pendidikan paling besar ditamatan SMP sederajat 2,9%. Segmen pendapatan paling besar dibawah Rp2 juta/bulan 2,3 persen.
Pada segmen gender paling besar pemilih perempuan 1,7persen. Segmen agama paling besar Non-Islam 7,3 persen.. Serta segmen teritori paling besar teritori Timur 3,3 persen, meliputi, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Papua, Bali, NTB, maupun NTT.
Sementara, lanjut Alfaraby, mayoritas publik optimis ekonomi tahun depan lebih baik. Publik yang menyatakan ekonomi rumah tangga tahun depan jauh lebih baik sebesar 60,3 persen dan yang menyatakan ekonomi nasional tahun depan lebih baik sebesar 51 persen.
Nah, siapa paling bertangung jawab sekaligus berjasa atas daya tahan ekonomi Indonesia? Alfaraby menambahkan, paling tinggi masyarakat menjawab Presiden Jokowi sebesar 30,4 persen. Di urutan kedua ada Menko perekonomian, Airlangga Hartarto dengan 22,7 persen.
“Kesimpulannya pada simulasi 3 pasang capres dalam survei kali ini, pasangan Ganjar-AH unggul diatas pasangan lainnya diatas 3 persen, pasangan capres manapun yang didukung Jokowi tidak mengubah keunggulan pasangan Ganjar-Airlangga,” ungkapnya.
Namun, menurutnya, pilihan publik pada pasangan capres tak banyak dipengaruhi oleh Jokowi. Karena pilihan publik kepada calon pasangan capres relatif otonom, tidak banyak dipengaruhi oleh endorsement tokoh manapun.
“Hanya tingkat pengenalan, tingkat kesukaan publik atas pasangan capres, pesona pribadi, rekam jejak pasangan capres bersangkutan yang signifikan mempengaruhi,” pungkas Alfaraby. (Joesvicar Iqbal/msb)