IPOL.ID – Para mahasiswa/i Universitas Mercu Buana menggelar kegiatan Slow Fashion Expo selama dua hari. Dalam kegiatan tersebut, syarat akan edukasi kepada masyarakat dan khususnya generasi Z untuk peduli dengan lingkungan, dimulai dengan cara berpakaian.
Ketua Pelaksana giat Slow Fashion Expo 2022, Hanief Enriansyah, 20, mengatakan, untuk persiapan kegiatan Slow Fashion Expo ini dilakukan 2 bulan sebelumnya. Kegiatan diikuti oleh para peserta mahasiswa dari Kampus Mercu Buana, menggandeng Komunitas Centennialz, Kampus Politeknik Media Kreatif dan juga Masyarakat Umum.
“Jadi dua hari rangkaian acara Slow Fashion Expo ini kami gelar, sejak Sabtu (12/11) dan Minggu (13/11) untuk mengedukasi bagaimana kita harus mencintai lingkungan, sasarannya masyarakat dan khususnya Gen Z,” kata Ketua pelaksana acara yang juga Mahasiswa Universitas Mercu Buana jurusan Publik Relation, Semester 5, Hanief pada ipol.id, Minggu (13/11).
Dia mengatakan, pada serangkaian acara Slow Fashion Expo, juga diadakan sesi talkshow bertema Slow Fashion. Pihaknya mengundang influencers yakni Annabella Jusuf seorang eco friendly yang menggunakan gaya berpakaian tidak diproduksi massal dan ramah lingkungan. “Para peserta pun antusias mengikuti rangkaian kegiatan ini,” ujarnya.
Hari kedua, lanjutnya, diadakan acara live drapping sebuah kegiatan dalam cara menyusun pakaian menggunakan pakaian bekas/belum jadi. Live drapping ini diisi oleh pelajar dari SMKN 38 Jakarta, jurusan Tata Busana.
“Jadi ada persiapan mental juga dari pelajar ini, dipersiapkan juga oleh mereka kain perca dan jarum pentul disusun menjadi pakaian jadi. Lebih pada casual yah dan tetap fashionable,” ucapnya.
Sehingga, lanjut Hanief, pada rangkaian kegiatan ini ada informasi dan edukasi yang diberikan ke masyarakat maupun gen Z bahwa sebuah pakaian yang ramah lingkungan bisa dibuat dari potongan bahan bekas.
“Esensinya lebih kepada ingin memberi edukasi dan pengetahuan pada masyarakat, gen Z bahwa Slow Fashion itu sangat berdampak pada lingkungan dan besar serta masif, sebaliknya Fast Fashion itu mencemari lingkungan. Pakaian yang dibuat dari bahan tekstil yang dipakai pada industri itu dapat mencemari lingkungan, menyumbang limbah tekstil yang besar. Jadi kita harus rubah gaya berpakaian,” tuturnya.
Dia berharap, kedepan dia menginginkan agar masyarakat dan kalangan anak-anak muda yang sering pakai-pakaian fast fashion yang tidak baik bagi lingkungan, agar mau berubah. “Beralih ke Slow Fashion, agar bumi kita menjadi panjang umur dan selamat,” harapnya.
Dalam kesempatan yang sama, Dr. Farid Hamid Msi, selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Mercu Buana mengatakan, memang kalau bicara tentang kegiatan seperti ini di Kampus Mercu Buana pada Fakultas Ilmu Komunikasi, antara teori dan prakteknya seimbang. Kurang lebih 70 persen teori dan 30 persen praktek. “Ini berkaitan dengan mata kuliah Manajemen Event. Tidak selalu bicara teori tapi bagaimana mereka menerapkannya di lapangan,” tutur Farid.
Selama ini, sambungnya, bagaimana mereka menerapkan ilmu yang sudah dijalankan di kelas dan diterapkannya langsung pada kegiatan di lapangan agar mereka dapat merasakan bagaimana meloby, negosiasi, dan mengelola acara. “Semua yang didapatkan,sampai hambatan adalah ilmu yang didapat agar mereka berguna. Dan ini mata kuliah wajib yang harus diambil”.
Kedepannya, diharapkan mahasiswa harus benar-benar bisa berproses tak hanya dalam teori tapi mengaplikasikan teorinya ini walaupun disana sini ada kekurangan dan ini adalah pengalaman yang akan mereka dapatkan. Dengan melibatkan UMKM dan komunitas, sehingga ada kolaborasi dengan pihak terkait.
“Sekarang ini eranya kolaborasi dan melibatkan industri, praktisi juga, agar bisa menularkan ke mahasiswa, menambah wawasan, ilmu dan relasi juga tentunya,” tukasnya.
Para alumni Kampus Mercu Buana pun peduli akan hal tersebut. Dan mereka kini sudah tersebar luas di masyarakat dan dunia industri. Kampus pun memiliki biro yang menangani kerja dimana dan lulusan di bawah 3 bulan langsung bekerja. “Ada juga yang magang dan bahkan sampai sibuk bekerja. Jadi serapan dari dunia industri juga banyak”.
Salah satunya pada kegiatan ini, bagaimana kreatifitas, inisiatif, ide dan gagasan itu ada. Saat ini, eranya teknologi digitalisasi, ranahnya pekerjaan yang dulu ada, sekarang perlahan ditinggalkan hingga 5-10 tahun kedepan pekerjaan yang dulu itu tidak ada. “Itu yang kita siapkan kepada mahasiswa pada aspek digitalisasi penting hak mutlak itu harus dikuasai oleh mahasiswa,” kata Farid.
Kurikulum yang dibangun, sambungnya, juga mengadopsi perkembangan jaman. Jadi bagaimana memainkan data yang ada dan lainnya. Agar aspek yang ada pro kesana, ada mata kuliah PR Digital dan ada konsentrasi khusus pada kaitannya dengan komunikasi digital. “Mengantisipasi, mempersiapkan perubahan dan teknologi. Mempersiapkan cara berpikir jauh kedepan, perubahan yang sifatnya mikro dan makro dipikirkan,” ungkapnya.
“Pesan saya mumpung masih jadi mahasiswa maka optimalkan ilmu yang didapat, aktif berorganisasi, kemudian hal mengacu pada kreatifitas digali terus, kami mempersiapkan mahasiswa yang siap bekerja tetapi juga membuka lapangan pekerjaan,” tambahnya.
Sementara itu, dalam gelaran kegiatan itu juga diramaikan sejumlah bazar Slow Fashion. Turut hadir dalam acara tersebut, Ketua Bidang Studi PR Universitas Mercu Buana, Suryaning Hayati, MM, M.Ikom dan Dosen Event Management, Alifiah Ghaniyyu W, M.Ikom. (Joesvicar Iqbal)