“TMII mulai kehilangan ruhnya karena adanya penataan yang tidak sesuai dengan spirit pendirinya,” kata Edy.
Lebih jauh, Edy mengungkapkan bahwa sebelum renovasi dilakukan, TMII memiliki potensi kepadatan bangunan daripada ruang terbuka hijaunya. Didata, sebelum renovasi, TMII memiliki 70 persen bangunan dan 30 persennya ruang terbuka.
“Sebelum direnovasi ada masing-masing anjungan di TMII. Seolah-olah Indonesia terpecah-pecah. Harapannya agar tidak hilang potensi anjungan di dalamnya dan terdapat atraksi yang tidak relevan di TMII. Semisal, Snowbay dan beberapa lokasi lain yang seharusnya tidak ada di TMII,” tukasnya.
Edy menuturkan, karena TMII merupakan spirit kulturnya Indonesia, kemudian Pemerintah mengambil alih kembali dan merevitalisasi TMII untuk menghadirkan TMII yang menunjukkan the ultimate showcase of Indonesia. PT TWC sebagai Indonesia Heritage Management berkomitmen penuh dalam pengelolaan destinasi heritage and culture yang berkelanjutan dan berkualitas.
Hal ini dilakukan memastikan kesiapan destinasi TMII untuk menghadirkan destinasi inspiratif dan atraktif bagi kunjungan wisatawan ke depan.