IPOL.ID – Selain rasanya gurih dan membuat enak sejumlah makanan, bawang merah juga ternyata berkhasiat untuk mengobati kanker payudara. Kanker ini merupakan salah satu penyumbang kematian terbesar bagi wanita. Hal ini turut didukung oleh penelitian yang dilakukan World Health Organization (WHO), yang mencatat jumlah pasien kanker payudara mencapai 13 juta jiwa dalam kurun waktu 4 tahun (2008-2015).
Berlatarbelakang dari rasa prihatin terhadap penderita penyakit tersebut, tiga mahasiswa ITS menciptakan terobosan baru untuk membantu mencegah terjadinya kanker payudara. Hal ini sebagaimana hasil riset tim mahasiswa Departemen Kimia ITS dalam jurnalnya sebagaimana dikutip dari its.ac.id. Tim ini menemukan dan meneliti bahwa kuersetin dari bawang merah bisa untuk mengatasi kanker payudara.
Ialah Alvin Romadhoni Putra, Iftyna Dewi Umaroh, dan M. Izzudin Jifaturrohman yang berhasil menemukan khasiat dari bawang merah. Menurut pemaparan Alvin, bawang merah dipilih sebagai bahan utama karena mengandung senyawa kuersetin. Sebenarnya senyawa tersebut dimiliki pula oleh apel, brokoli dan bayam. Akan tetapi tidak sebanyak yang ada di dalam bawang merah.
Senyawa kuersetin diyakini mampu menginduksi apoptosis dan menghambat sel kanker payudara. Disamping itu juga memiliki efek meningkatkan efikasi cisplatin yang merupakan salah satu obat kanker, seperti kanker ovarium, kanker kolon dan kanker paru-paru. “Sehingga bawang merah dapat dijadikan sebagai agen anti kanker,” jelas mahasiswa Departemen Kimia tersebut.
Selain berperan sebagai senyawa yang mampu mendeaktifkan banyak karsinogen potensial dan pemicu tumor, ternyata kuersetin memiliki sifat kelarutan, biovailibilitas, sifat hidrofobik dan permeabilitas yang buruk. Oleh karena itu, tim yang berada di bawah bimbingan dosen Endang Purwanti Setyaningsih MT ini menginisiasi untuk membuat kuersetin lebih larut dalam tubuh. “Kami melakukan proses nanoenkapsulasi dan nanocarriernya bovine serum albumin,” ujar Alvin.
Penggunaan bovine serum albumin / BSA (Protein sapi, red) berguna sebagai pembawa si kuersetin ke dalam tubuh dalam bentuk nanoenkapsulasi. Selain itu, adanya kantong hidrofobik dalam BSA akan mempermudah proses reaksi dengan kuersetin.
“Dengan dilakukannya nanoenkapsulasi kuersetin-BSA dapat meningkatkan kinerja kuersetin sebagai antikanker yang tepat sasaran pada sel kankernya tanpa merusak sel lain di sekitarnya,” tegas mahasiswa angkatan 2016 tersebut.
Diakui Alvin dalam melakukan penelitian tersebut tidaklah mudah. Sempat mengalami kegagalan dalam proses nanoenkapsulasi dan pembuatan ekstrak yang tidak sesuai. Namun, adanya kesungguhan dan kerja keras tim mampu menghasilkan salah satu penawar untuk mencegah terjadinya kanker payudara.
Dengan adanya penelitian ini tentunya akan turut menyumbang informasi yang sangat bermanfaat bagi bidang kesehatan Indonesia. Hal ini dikarenakan kematian akibat kanker payudara setiap tahunnya semakin meningkat, sehingga diperlukan aksi dan tindakan tegas untuk mencegahnya. “Alangkah baiknya juga jika kedepannya akan ada penelitan serupa yang lebih inovatif,” pintanya. (timur)