IPOL.ID-Mengomentari keberhasilan Eko Yuli Irawan meraih perak, Sekjen PABSI, Djoko Pramono mengatakan bahwa Eko Yuli Irawan saat ini masih yang terbaik di kelasnya.
“Eko Yuli masih yang terbaik di kelasnya saat ini. Untuk itu, kenapa saya ngotot menyurati Kemenpora agar memberangkatkan dia ke Kolombia, ” kata Djoko Pramono kepada awak media.
Ia juga mengatakan, selepas Kejuaraan Dunia di Kolombia, Eko Yuli Irawan tetap mendapat prioritas untuk bergabung ke Pelatnas guna persiapan Olimpiade 2024.
“PABSI tetap memberikan kesempatan untuk Eko Yuli Irawan bergabung di Pelatnas agar lebih fokus berlatih menghadapi Olimpiade Paris 2024. Pada prinsipnya, kami tetap ‘On The Track’ mendukung atlet terbaik untuk bergabung di Pelatnas, ” papar Djoko Pramono.
Di sisi lain, Djoko Pramono juga mengaku bangga dengan keberhasilan lifter asal Papua, Ricko Saputra yang mampu menembus peringkat lima besar di kelas 61kg itu sebagai pelapis Eko Yuli Irawan.
“Sebagai pelapis Eko Yuli Irawan, Ricko Saputra mampu menembus lima besar. Bahkan ia nyaris meraih perunggu. Tapi, saya maklum ia baru pertama kalinya tampil di Kejuaraan Dunia, masih agak nervous. Tapi, yang paling penting, sebagai pelapis gap prestasinya tidak terlalu jauh, ” tandasnya lagi.
Terpisah, Pelatih Kepala Tim Indonesia, Dirdja Wihardja menyoroti soal penampilan Windy Cantika yang hanya berada di peringkat 15 Besar, karena sedang mengalami datang bulan.
“Windy tampil tidak maksimal karena mengeluh soal perutnya sakit karena datang bulan, ” ungkapnya.
Sedangkan prestasi Eko Yuli Irawan dan Ricko Saputra di kelas 61kg yang mampu menembus 10 besar dunia, juga sangat diluar-dugaan.
“Eko masih yang terbaik. Tinggal Total angkatan 300kg perlu ditingkatkan lagi. Begitu juga Ricko Saputra yang nyaris meraih perunggu jika mampu mengangkat barbel seberat 165kg.Tapi, perjalanan untuk mendapatkan kuota Olimpiade masih panjang. Saya optimistis keduanya mampu lebih meningkatkan prestasinya, “paparnya. Mengomentari keberhasilan Eko Yuli Irawan meraih perak, Sekjen PABSI, Djoko Pramono mengatakan bahwa Eko Yuli Irawan saat ini masih yang terbaik di kelasnya.
“Eko Yuli masih yang terbaik di kelasnya saat ini. Untuk itu, kenapa saya ngotot menyurati Kemenpora agar memberangkatkan dia ke Kolombia, ” kata Djoko Pramono kepada awak media.
Ia juga mengatakan, selepas Kejuaraan Dunia di Kolombia, Eko Yuli Irawan tetap mendapat prioritas untuk bergabung ke Pelatnas guna persiapan Olimpiade 2024.
“PABSI tetap memberikan kesempatan untuk Eko Yuli Irawan bergabung di Pelatnas agar lebih fokus berlatih menghadapi Olimpiade Paris 2024. Pada prinsipnya, kami tetap ‘On The Track’ mendukung atlet terbaik untuk bergabung di Pelatnas, ” papar Djoko Pramono.
Di sisi lain, Djoko Pramono juga mengaku bangga dengan keberhasilan lifter asal Papua, Ricko Saputra yang mampu menembus peringkat lima besar di kelas 61kg itu sebagai pelapis Eko Yuli Irawan.
“Sebagai pelapis Eko Yuli Irawan, Ricko Saputra mampu menembus lima besar. Bahkan ia nyaris meraih perunggu. Tapi, saya maklum ia baru pertama kalinya tampil di Kejuaraan Dunia, masih agak nervous. Tapi, yang paling penting, sebagai pelapis gap prestasinya tidak terlalu jauh, ” tandasnya lagi.
Terpisah, Pelatih Kepala Tim Indonesia, Dirdja Wihardja menyoroti soal penampilan Windy Cantika yang hanya berada di peringkat 15 Besar, karena sedang mengalami datang bulan.
“Windy tampil tidak maksimal karena mengeluh soal perutnya sakit karena datang bulan, ” ungkapnya.
Sedangkan prestasi Eko Yuli Irawan dan Ricko Saputra di kelas 61kg yang mampu menembus 10 besar dunia, juga sangat diluar-dugaan.
“Eko masih yang terbaik. Tinggal Total angkatan 300kg perlu ditingkatkan lagi. Begitu juga Ricko Saputra yang nyaris meraih perunggu jika mampu mengangkat barbel seberat 165kg.Tapi, perjalanan untuk mendapatkan kuota Olimpiade masih panjang. Saya optimistis keduanya mampu lebih meningkatkan prestasinya, “paparnya. Mengomentari keberhasilan Eko Yuli Irawan meraih perak, Sekjen PABSI, Djoko Pramono mengatakan bahwa Eko Yuli Irawan saat ini masih yang terbaik di kelasnya.
“Eko Yuli masih yang terbaik di kelasnya saat ini. Untuk itu, kenapa saya ngotot menyurati Kemenpora agar memberangkatkan dia ke Kolombia, ” kata Djoko Pramono kepada awak media.
Ia juga mengatakan, selepas Kejuaraan Dunia di Kolombia, Eko Yuli Irawan tetap mendapat prioritas untuk bergabung ke Pelatnas guna persiapan Olimpiade 2024.
“PABSI tetap memberikan kesempatan untuk Eko Yuli Irawan bergabung di Pelatnas agar lebih fokus berlatih menghadapi Olimpiade Paris 2024. Pada prinsipnya, kami tetap ‘On The Track’ mendukung atlet terbaik untuk bergabung di Pelatnas, ” papar Djoko Pramono.
Di sisi lain, Djoko Pramono juga mengaku bangga dengan keberhasilan lifter asal Papua, Ricko Saputra yang mampu menembus peringkat lima besar di kelas 61kg itu sebagai pelapis Eko Yuli Irawan.
“Sebagai pelapis Eko Yuli Irawan, Ricko Saputra mampu menembus lima besar. Bahkan ia nyaris meraih perunggu. Tapi, saya maklum ia baru pertama kalinya tampil di Kejuaraan Dunia, masih agak nervous. Tapi, yang paling penting, sebagai pelapis gap prestasinya tidak terlalu jauh, ” tandasnya lagi.
Terpisah, Pelatih Kepala Tim Indonesia, Dirdja Wihardja menyoroti soal penampilan Windy Cantika yang hanya berada di peringkat 15 Besar, karena sedang mengalami datang bulan.
“Windy tampil tidak maksimal karena mengeluh soal perutnya sakit karena datang bulan, ” ungkapnya.
Sedangkan prestasi Eko Yuli Irawan dan Ricko Saputra di kelas 61kg yang mampu menembus 10 besar dunia, juga sangat diluar-dugaan.
“Eko masih yang terbaik. Tinggal Total angkatan 300kg perlu ditingkatkan lagi. Begitu juga Ricko Saputra yang nyaris meraih perunggu jika mampu mengangkat barbel seberat 165kg.Tapi, perjalanan untuk mendapatkan kuota Olimpiade masih panjang sekitar 14 bulan. Saya optimistis keduanya mampu lebih meningkatkan prestasinya, “paparnya. (bam)