“Korban dari pedukunan tidak hanya masyarakat biasa. Dari pejabat hingga penjahat jadi korban. Para pengusaha baik kecil, menengah, bahkan yang telah besar. Kalangan profesional dan intelektual tidak luput jadi korban perdukunan,” ucap Ruslan dalam Pengajian Tarjih, dilansir laman PP Muhammadiyaj, baru-baru ini.
Faktor maraknya perdukunan ditenggarai oleh lemahnya iman, tidak mengerti agama, malas berusaha dan ikhtiar, korban iklan, cinta-benci yang berlebihan, dan peran media. Demi mendapat konsumen, praktik perdukunan juga mengalami metamorposis istilah, dari dukun, para normal, orang pintar, hingga saat ini kadang disebut ahli spiritual.
Menurut Ruslan, media cetak maupun elektronik dan Media social (internet), membuat perdukunan semakin populer dan diminati oleh berbagai lapisan masyarakat. Bahkan berbagai sinetron yang menampilkan dunia mistik baik secara vulgar maupun dengan kemasan religi, semakin membodohi masyarakat. Tidak sedikit masyarakat awam yang berkeyakinan bahwa para dukun tersebut benar-benar hebat.