Menurut Mulyanto kondisi ini sangat paradok. Di satu sisi peleburan kelembagaan Iptek menyebabkan BRIN menjadi lembaga superbody dan sentral, baik dari aspek SDM, anggaran riset, infrastruktur riset, maupun manajemen riset, namun pada saat yang sama, malah terjadi penciutan anggaran riset di BRIN.
“Inilah akibat sekaligus masalah mendasar dari peleburan kelembagaan riset yang sarat politisasi, tanpa didukung perhatian, kepemimpinan dan anggaran yang cukup dari Pemerintah,” tuturnya
Akibatnya, lanjut Mulyanto, yang kita dengar adalah kisah pilu dan memprihatinkan seperti: penutupan berbagai pusat riset; penghentian berbagai program strategis; kekurangan dana riset; rebutan kursi staf; rebutan alat lab; pemberhentian para honorer ahli; dan lainnya.
“Bukannya berita unjuk kinerja atau tampilnya prestasi para ilmuwan kita di pentas internasional atau munculnya produk inovasi anak bangsa yang membanggakan,” tambah Mulyanto.
“Bila ekosistem riset kita terus memburuk seperti ini, maka dapat diperkirakan, bahwa kinerja riset akan semakin melorot,” ucapnya.