IPOL.ID – Pasal 31 Ayat 1 UUD 1945 berbunyi, “Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan”. Pentingnya pendidikan menjadikan pendidikan dasar bukan hanya menjadi hak warga negara, namun juga kewajiban negara.
Pada UUD 1945 melalui Pasal 31 Ayat 2 disebut, “Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan mewajibkan pemerintah untuk membiayai pendidikan dasar”.
Informasi yang diterima, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) mencatat pada tahun ajaran 2020/2021 ada ribuan anak putus sekolah di Indonesia.
Secara spasial, anak putus sekolah paling banyak berada di Jawa Barat dengan jumlah anak sebanyak 10.884 siswa. Jumlah tersebut, meliputi anak putus sekolah di tingkatan SD, SMP, SMA dan SMK, baik negeri maupun swasta.
Juru Bicara Srikandi Jawa Barat, Vurry Bilqis mengaku khawatir dengan kondisi tersebut. Menurutnya, ada banyak faktor yang menjadi penyebab hingga pelajar mengalami putus sekolah.
“Ada banyak faktor yang melatarbelakangi mengapa mereka putus sekolah, seperti persoalan ekonomi, senang bermain hingga menikah dini atau bahkan memilih bekerja,” ungkap Vurry dalam kegiatan Sosialisasi Terhadap Para Remaja Putus Sekolah Yang Memiliki Potensi Berwirausaha, di Homieside Coffee & Eatery, Kecamatan Sadang Serang, Kota Bandung, Sabtu (4/2).
Kondisi tersebut diperparah dengan kebijakan, menjalankan kebijakan siswa SMA sederajat membayar Sumbangan Pembinaan Pendidikan (SPP) ke sekolah setiap bulannya.
Menyikapi hal tersebut, Vurry melalui relawan Srikandi Ganjar Jawa Barat berinisiatif membantu pemerintah memfokuskan program peningkatan mutu dan kualitas pendidikan.
“Inisiatif kami sebagai relawan Srikandi Jawa Barat membantu pemerintah dalam memberikan perhatian demi keberlangsungan dunia pendidikan, terutama pada siswa yang berada di bawah garis kemiskinan di Jawa Barat,” ujarnya.
Untuk itu, Srikandi Ganjar Jawa Barat mengundang sejumlah anak muda, khususnya perempuan yang di 2020/2021 mengalami putus sekolah. Kemudian memberikan edukasi dan bantuan terhadap perempuan yang terdampak.
“Kami adakan semacam kegiatan konseling kepada perempuan yang mengalami putus sekolah. Serta memberikan bantuan dalam bentuk program kejar paket dan bantuan wirausaha kepada perempuan putus sekolah di Kota Bandung,” tuturnya.
Harapannya, dengan adanya kegiatan ini para perempuan akan lebih menata dan mempersiapkan masa depannya dengan baik.
“Pastinya kami berharap adanya kegiatan ini akan memotivasi mereka untuk lebih peduli terhadap dunia pendidikan, apalagi kan mereka sudah punya penerus, jadi jangan sampai generasi penerusnya mengalami hal yang sama,” tukasnya.
“Pokoknya, perempuan harus produktif dan aktif supaya tidak bergantung dengan siapapun,” tutup dia. (Joesvicar Iqbal/msb)