Akibatnya, pengeluaran konsumsi rumah tangga Indonesia menurun dari 5,7 persen pada awal 2013 menjadi 4,9 persen pada akhir 2015. Setelah itu, pola konsumsi bergeser ke produk non-makanan yang meningkat masing-masing menjadi 50 persen dan 52,5 persen pada 2014 dan 2015, dari 49,3 persen di 2013. Hal ini terjadi atas dasar tingginya pengeluaran untuk perabotan rumah tangga.
Tahun 2023 diprediksi menjadi tahun yang gelap karena adanya ancaman inflasi dan resesi yang sudah terdengar sejak penghujung tahun 2022. Melalui risetnya, DBS Group Research memprediksi pola konsumsi Indonesia pada 2023 dan 2024.
Berikut lima temuan riset di atas:
- Ekonomi makro masih tergolong kuat di tengah tingginya angka inflasi
Hal ini berkat adanya relaksasi pembatasan mobilisasi masyarakat di tengah menurunnya angka COVID-19. Ekonomi Indonesia meningkat menjadi 5,7 persen secara tahunan pada kuartal ketiga 2022 dibandingkan dengan 5,4 persen pada kuartal sebelumnya. Pencapaian ini dipicu oleh pertumbuhan angka investasi, dorongan siklus dari harga komoditas yang tinggi, serta peningkatan permintaan akan restock dan dimulainya kembali kegiatan dalam sektor jasa.