“Efisiensi Capex dan Opex terus dilakukan, bukan hanya sekedar memangkas biaya tapi memperbaiki model operasi, memperkuat supply chain, serta menerapkan digitalisasi di seluruh proses bisnis termasuk mengendalikan BBM Subsidi agar lebih tepat sasaran melalui MyPertamina,” ungkap Nicke.
Untuk memenuhi energi nasional di masa depan, kata Nicke, tantangan yang diberikan oleh Menteri BUMN untuk melakukan transisi energi, telah melecut Pertamina Group untuk melakukan program dekarbonisasi. Hasilnya, sampai dengan tahun 2022, Pertamina telah berhasil menurunkan 29 persen emisi karbon dari kegiatan operasionalnya.
“Pencapaian ini telah menempatkan kinerja ESG Pertamina di peringkat ke 2 secara global pada sektor Integrated Oil & Gas Company. Dengan seluruh pencapaian tersebut, Pertamina menjadi satu-satunya perusahaan Indonesia yang masuk ke dalam Global Fortune 500 Companies,” pungkas Nicke. (Yudha Krastawan)