IPOL.ID – Humas BRIN. Secara geologis, pulau-pulau di Nusa Tenggara tidak pernah bersatu denggan pulau-pulau lainnya. Sehingga, secara ekologis memiliki keunikan tersendiri terutama keanekaragaman hayati yang ada di dalamnya, dan merupakan fenomena tersendiri yang perlu dikaji untuk mendapatkan informasi terkait sejarah alam serta evolusi yang terjadi pada masa lampau dan saat ini.
Untuk dapat lebih mengintensifkan kajian-kajian yang berkaitan keanekaragaman hayati baik dari sisi kajian jenis, ekologi, maupun evolusi, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melalui Pusat Riset Biosistemika dan Evolusi (PRBE), Organisasi Riset Hayati dan Lingkungan (ORHL) menggandeng Fakultas MIPA Universitas Mataram, bekerja sama dalam riset pengungkapan keanekaragaman hayati di berbagai tipe ekosistem di kawasan Sunda kecil, khususnya tentang pola penyebaran keanekaragaman hayati di kawasan sunda kecil.
Kerja sama ini ditandai dengan penandatanganan langsung naskah kerja sama antara Kepala PRBE BRIN, Bayu Adjie dengan Dekan MIPA Universitas Mataram, Dedi Suhendra di Auditorim Gedung Teratai, KST Soekarno, Cibinong, pada Jumat (03/03).
Dalam sambutannya, Bayu mengatakan, selain bisa berkolaborasi dalam riset, ke depannya juga dapat berkolaborasi dalam hal akademiknya. “Jadi very welcome bagi teman-teman periset untuk bisa sharing pengetahuan dan pengalaman untuk adik-adik kita di Mataram,” tuturnya dilansir dari brin.go.id.
Sementara itu, Dekan MIPA Universitas Mataram Dedi Suhendra menyambut positif kerja sama ini. “Semoga kerjasama yang kita jalin ini bisa betul-betul efektif dengan sumber daya tenaga dan expert yang dimiliki, bisa kita kolaborasikan bersama, untuk kesejahteraan rakyat Indonesia tentunya nanti, dan ilmu pengetahuan yang akan terus berkembang dan bermanfaat,” harapnya.
Penandatanganan kerja sama ini sekaligus juga menandai soft launching rangkaian kegiatan 200 tahun Alfred Russel Wallace yang akan digelar BRIN dan UNRAM hingga bulan Agustus mendatang.
Terkait hal ini, Kepala ORHL BRIN yang diwakili oleh Kepala Pusat Riset Zoologi Terapan (PRZT), Evy Ayu Arida mengatakan, “Dalam perjalanan 200 tahun Wallace, kita selalu ingat di awal tahun bahwa sudah sekian lamanya ada seseorang yang memahami betul pola distribusi fauna terutama vertebrata yang ada di tanah air kita, selama itulah kita percaya bahwa memang distribusi ini atau pola persebaran fauna khususnya di Indonesia betul adanya seperti itu,” ungkapnya.
Selanjutnya Evy berharap hal tersebut tidak berhenti hanya sampai pada suatu hipotesis saja, “Saya berharap teman-teman selalu konsisten terhadap ilmu yang sepertinya kurang diminati didalam pembangunan berkelanjutan, tetapi tanpa ilmu dasar ini kita tidak akan pernah tahu bahwa keanekaragaman kita yang sebenarnya, apalagi pola distribusinya,” pungkasnya. (timur)