Penelitian tentang pekarangan selama ini lebih banyak diarahkan pada fungsi pangan. Untuk itu, Atang berhasil mempertahankan novelty (kebaruan) disertasinya melalui konsep kawasan agrowisata berbasis pekarangan. Dia meneliti model pekarangan yang dimanfaatkan untuk kegiatan agrowisata di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur.
“Banyak temuan di lapangan bisa dijadikan acuan bagi Pemerintah Daerah untuk bisa menjadikan pekarangan setiap rumah tangga bernilai lebih, baik dari sisi ekologi, sosial, budaya, dan ekonomi. Melalui pemanfaatan pekarangan sebagai kawasan agrowisata, diharapkan pelestarian lingkungan di unit terkecil masyarakat dapat berjalan sekaligus menghasilkan nilai tambah ekonomi keluarga,” katanya.
Dalam salah satu bahasannya, Atang menemukan enam faktor pendorong (driven factors) keberhasilan pemanfaatan pekarangan sebagai obyek dan daya tarik agrowisata melalui analisis interpretative structural modelling (ISM).
Keenam faktor itu yaitu melestarikan kearifan budaya lokal, regulasi sektoral, kebijakan pemerintah daerah dalam pengembangan kawasan, pembiayaan bagi pengembangan agrowisata, peningkatan pengetahuan serta keterampilan SDM lokal, dan model kelembagaan merangsang partisipasi masyarakat.