IPOL.ID – Amazon berencana memutus hubungan kerjanya dengan 9.000 karyawan lainnya dalam beberapa minggu ke depan, kata CEO Amazon Andy Jassy dalam sebuah memo kepada pegawai pada Senin (20/3).
Mengutip dari VOA Indonesia pada Rabu (22/3), PHK itu akan menjadi pemutusan hubungan kerja terbesar kedua dalam sejarah perusahaan tersebut, yang sebelumnya telah mengumumkan akan memecat 18.000 karyawan pada Januari.
Jumlah pegawai Amazon bertambah dua kali lipat selama pandemi, akan tetapi kenaikan jumlah pegawai juga sebenarnya terjadi di seantero sektor teknologi.
Berbagai perusahaan teknologi telah mengumumkan akan melakukan PHK terhadap puluhan ribu tenaga kerjanya tahun ini.
Para karyawan Google di Mountain View, California (foto: dok). Raksasa teknologi seperti Google, Meta, Amazon, dan Microsoft melakukan PHK besar-besaran karyawan mereka dalam beberapa bulan terakhir.
Dalam memo itu, Jassy mengatakan bahwa fase kedua proses perencanaan tahunan perusahaan pada bulan ini menyimpulkan akan dilakukannya PHK tambahan. Ia mengatakan, Amazon masih akan membuka lowongan kerja untuk beberapa posisi strategis.
PHK itu akan melanda area-area yang menguntungkan bagi perusahaan, termasuk unit komputasi berbasis cloud AWS dan bisnis perikalanannya yang sedang berkembang. Twitch, platform gim yang dimiliki Amazon, juga akan mem-PHK sejumlah karyawannya, demikian juga organisasi PXT Amazon, yang menangani sumber daya manusia dan fungsi lainnya.
Sebelumnya, PHK juga sempat melanda PXT, divisi pertokoan perusahaan itu, yang mencakup bisnis e-commerce dan toko fisik seperti Amazon Fresh dan Amazon Go, serta departemen lainnya, termasuk departemen yang mengembangkan asisten virtual Alexa.
Awal bulan ini, Amazon mengatakan akan menghentikan sementara proses pembangunan markasnya di Virginia utara, meski fase pertama proyek itu akan dibuka Juni mendatang dengan 8.000 karyawan.
Seperti perusahaan teknologi lain, termasuk perusahaan induk Facebook, Meta, dan perusahaan induk Google, Alphabet, Amazon menggenjot perekrutan karyawan baru selama pandemi untuk memenuhi permintaan konsumen Amerika yang semakin banyak melakukan kegiatan belanja dari rumah secara online untuk menghindari penyebaran virus corona.
Jumlah karyawan Amazon, baik di gudang maupun perkantorannya, meningkat dua kali lipat hingga lebih dari 1,6 juta orang dalam dua tahun. Akan tetapi jumlah permintaan melambat seiring membaiknya situasi pandemi. Perusahaan itu pun mulai menghentikan sementara atau bahkan membatalkan rencana perluasan gudang tahun lalu.
Di tengah semakin meningkatnya kekhawatiran akan kemungkinan resesi, Amazon dalam beberapa bulan terakhir telah menutup anak perusahaannya yang telah memperdagangkan kain selama hampir 30 tahun dan menutup layanan perawatan dari rumah bersifat hibrida-virtual Amazon Care untuk memangkas biaya.
Jassy mengatakan, mengingat ketidakpastian ekonomi dan “ketidakpastian yang ada dalam waktu dekat,” perusahaan memutuskan untuk merampingkan diri.
Ia mengatakan, tim-tim yang akan terdampak oleh gelombang PHK terbaru belum membuat keputusan akhir posisi mana saja yang akan dihapus. Perusahaan itu berencana untuk memfinalisasi keputusan-keputusan itu pada pertengahan hingga akhir April mendatang, dan akan memberi tahu mereka yang akan terkena PHK. (VOA Indonesia/Far)