“Komitmen pemerintah untuk terus melakukan hilirisasi tidak hanya di pertambangan perlu diapresiasi dan didukung oleh seluruh stakeholders agar kekayaan bangsa ternikmati oleh rakyat Indonesia” tambah Derian.
Ceria sebagai salah satu perusahaan lokal Indonesia yang bergerak di sektor pertambangan khususnya nikel, telah memulai pembangunan smelter nikel di Sulawesi Tenggara. Smelter yang dibangun Ceria di bawah pimpinan Derian Sakmiwata dan Cherisha Sakmiwata rencananya memiliki empat line dengan total produksi ditargetkan mencapai 252.000 ton ferronickel (FeNi) dengan kadar nikel 22%. Smelter Ceria menggunakan teknologi terkini Rectangular Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF) yang diyakini memiliki efisiensi yang tinggi dan umur produksi yang lebih panjang.
Selain smelter dengan teknologi RKEF ini, dalam waktu dekat Ceria juga akan membangun pengolahan bijih nikel dengan metode pelindian dan mengadaptasi teknologi High Pressure Acid Leach (HPAL) dalam 2 tahap dengan masing-masing kapasitas setiap tahap adalah 156.000 ton mixed hydroxide precipitate (MHP) setiap tahunnya dengan 62,400 ton nikel dan sekitar 6.200 ton cobalt. Dengan demikian total produksi MHP setelah semua tahapan selesai dibangun akan mencapai 312.000 ton MHP per tahunnya.