IPOL.ID – Cinta Laura Kiehl, artis cantik dan pintar kembali menjadi sorotan. Ia rela terjun langsung menggunakan commuter di Stasiun Tanah Abang. Aktivitas tersebut ia lakukan guna menggaungkan kampanye cegah pelecehan seksual di transportasi publik.
“Saya serukan agar baik korban dan semua yang melihat kejadian, ayo laporkan. Jangan lagi ada korban yang malah disudutkan,” ujar Cinta Laura di Jakarta pada Kamis (16/3/23) dalam acara kampanye Stand UP Melawan Pelecehan Seksual di Transportasi Umum. Acara ini digelar atas inisiasi L’Oréal Paris bersama PT JakLingko Indonesia, PT KAI (Persero), PT Kereta Commuter Indonesia (KCI), PT LRT Jakarta, PT MRT Jakarta, dan PT Transjakarta. Hadir pula Kementerian Perhubungan dan Dinas Perhubungan DKI Jakarta.
Sebagaimana diketahui berdasarkan hasil riset lembaga independen IPSOS, kasus pelecehan seksual yang terjadi di ruang publik cukup banyak. Data IPSOS 2021 mengatakan 8 dari 10 perempuan di dunia pernah mengalami pelecehan seksual di ruang publik. Termasuk di dalamnya pada transportasi publik.
Data tersebut juga melaporkan, bahwa 91 persen orang pernah menyaksikan pelecehan seksual di ruang publik namun tidak tahu harus berbuat apa. Padahal 71 persen mengatakan situasi akan membaik jika seseorang membantu.
Cinta Laura sebagai duta anti kekerasan dan brand ambassador L’Oréal Paris menyerukan kepada saksi pelecehan seksual untuk melakukan metode intervensi 5D. 5D yang dimaksud adalah Dialihkan, Dilaporkan, Dokumentasikan, Ditegur, dan Ditenangkan.
Menurut Cinta Laura, risiko seseorang menjadi korban pelecehan seksual tidak terbatas latar belakang pendidikan, ekonomi, jabatan bahkan gender. Karena itu dia berpendapat pemerintah perlu memberi edukasi kepada masyarakat. “Kenapa? Supaya saat korban melaporkan apa yang terjadi pada mereka, mereka enggak diremehkan atau dibuat malu. Dan orang-orang yang berkuasa tahu langkah-langkah apa yang harus diambil,” kata Cinta Laura.
Sementara Dirjen Perkeretaapian Kemenhub, Mohamad Risal Wasal mengatakan, Kemenhub sebagai operator butuh masukan dari berbagai elemen masyarakat termasuk dari pemangku kepentingan agar bisa menelurkan regulasi yang baik untuk melindungi pengguna transportasi publik. “Hanya saja, Indonesia memiliki sisi budaya dan kultur yang juga harus dipertimbangkan. Semua faktor-faktor itu harus kami dengarkan dan kami butuh masukan dari semua sisi,” ujarnya. (timur)