IPOL.ID – Bulan suci Ramadan 1444 Hijriah ada cerita menarik dengan dibangunnya Masjid Tjia Kang Hoo di Jalan H Sholeh, RT 02 RW 07, Kelurahan Pekayon, Kecamatan Pasar Rebo, Jakarta Timur. Masjid tersebut menjadi contoh indahnya toleransi agama dan budaya.
Sedianya masjid yang dominan dengan warna merah itu memadukan arsitektur agama Islam, budaya China dan Betawi. Dibangun di tengah permukiman warga mayoritas etnis Tionghoa yang menganut agama Budha dan Konghucu.
Masjid Tjia Kang Hoo yang berdiri di atas lahan seluas 793 meter persegi dan bangunan dengan luas 297,5 meter persegi juga terletak berdekatan dengan Vihara dan Gereja.
Ketua Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) Tjia Kang Hoo, Muhamad Wildan Hakiki, 29, menuturkan, masjid ini dibangun dan digagas oleh ayahnya Budiyanto Tjia dengan tujuan untuk mensiarkan agama Islam.
“Memang inginnya Masjid model China, karena lingkungan di sini China semua. Masih saudara juga dan kita inginnya merangkul semua, ingin mensiarkan Islam,” tutur Wildan di kawasan Tipar, Pasar Rebo, Kamis (30/3).
Sebelumnya, sambungnya, sebagai referensi melihat arsitektur bangunan Masjid Raya Cheng Ho Surabaya, Masjid Babah Alun di Jakarta Utara. Dan untuk ukirannya melihat dari Petak Sembilan.
Lebih jauh, dikatakannya, nama Tjia Kang Hoo yang digunakan untuk masjid pun diambil dari nama Almarhum kakek Wildan yakni Tjia merupakan Marga sementara Kang Hoo merupakan nama Tionghoa.
Setelah menganut agama Islam Tjia Kang Hoo berganti nama menjadi Abdul Sholeh sejak sekitar Tahun 1980 silam menjadi mualaf, dan semasa hidup sudah menunaikan ibadah Haji.
“Ini dulu rumah engkong saya terus dibongkar, dihancurin diratakan semua sampai dibangun masjid ini. Peletakan batu pertama pembangunan dilakukan tanggal 8 Oktober 2022,” terang Wildan.
Masjid Tjia Kang Hoo kini memang belum dapat digunakan untuk melaksanakan ibadah karena masih dalam proses pembangunan. Namun dari Jalan Tipar keindahan arsitekturnya mulai dapat terlihat.
Masjid Tjia Kang Hoo nantinya akan memiliki lima bagian pagoda yang mencerminkan Rukun Islam, yakni syahadat, salat, zakat, puasa, dan naik haji bagi yang mampu.
Bagian pagoda pada atap induk terdiri 3 susun yang mencerminkan rukun atau kerangka dasar beragama yang benar sebagai jalan menuju Surga yaitu Iman, Islam, dan Ihsan.
Pagoda kecil dibangun dua susun memiliki arti untuk mencapai kebahagiaan dunia, akhirat perlu ditempuh hubungan dengan Allah dan sesama makhluk hidup, baik manusia maupun mahluk hidup lain.
Ciri bangunan budaya Tionghoa tampak pada bentuk pagoda, sudut atap, warna merah, dan sejumlah ornamen yang menunjukkan asal mayoritas warga sebagai etnis Tionghoa.
Kemudian pada ciri bangunan Betawi terlihat dari gigi balang atau bagian yang ada pada tepi atap rumah-rumah masyarakat Betawi berbentuk segitiga dan bulatan, ornamen ini dipasang pada lisplang.
“Siapa tahu ada (warga) yang ingin hijrah ke muslim, kan Alhamdulillah. Kita mensiarkan Islam. Inginnya jalan ke depan seperti itu. Ini keinginan dari papah saya, membuat Masjid dengan ornamen China begini,” ujar Wildan.
Dia mengatakan, warga sekitar yang mayoritas berbeda keyakinan agama menyambut baik pembangunan Masjid Tjia Kang Hoo, bahkan sejak awal sudah membantu.
Hingga kini proses pembangunan Masjid Tjia Kang Hoo sudah mencapai 60 persen, dan ditargetkan pada Idul Fitri 1444 Hijriah nanti sudah dapat mengadakan Salat Ied berjamaah.
“Alhamdulillah warga antusias. Kemarin peletakan batu pertama warga non muslim pada datang semua, kumpul, pada bantu. RT yang non muslim juga turut membantu, perizinan semua,” kata dia.
Bagi warga RW 07 Kelurahan Pekayon, Kecamatan Pasar Rebo sendiri toleransi agama dan budaya bukan hal baru. Karena sejak lama etnis Tionghoa hidup berdampingan dengan warga Betawi.
Dahulunya banyak keturunan Tionghoa yang menikah dengan warga Betawi, sehingga perbedaan budaya dan agama dalam hidup bermasyarakat membuat toleransi menguat.
“Tidak ada perbedaan. Kita (etnis Tionghoa muslim) kan Imlek juga bikin spanduk mengucapkan selamat Imlek. Kita mengucapkan itu kan ibaratnya menghormati, toleransi,” ujar Wildan.
Bahkan saat peletakan batu pertama pembangunan Masjid Tjia Kang Hoo pada 8 Oktober 2022 lalu, pihak Kecamatan Pasar Rebo menyatakan akan menjadikan masjid sebagai ikon dan wisata religi.
Sementara, warga sekitar, Jemmy Gouw menuturkan, sebagai keturunan Tionghoa yang menjadi mualaf dia berharap keberadaan Masjid Tjia Kang Hoo dapat membantu merubah citra Islam di mata publik.
“Kita bertoleransi dengan saudara-saudara kita yang non muslim. Kita mau dakwah, kita mau kasih tahu ke saudara-saudara kita kalau muslim itu enggak seperti yang mereka pikir. Muslim itu kan damai,” tutup Jemmy. (Joesvicar Iqbal)