IPOL.ID – TNI akhirnya meningkatkan status operasi menjadi siaga tempur usai kelompok kriminal bersenjata (KKB) melakukan penyerangan terhadap personel gabungan TNI-Polri pada saat mencari pilot Susi Air.
Panglima TNI Laksamana Yudo Margono, Selasa siang (18/4) menyatakan untuk melawan kelompok kriminal bersenjata (KKB), pihaknya kini meningkatkan status operasi di Papua menjadi siaga tempur.
Peningkatan status operasi itu dilakukan setelah serangan yang dilakukan KKB terhadap pasukan TNI yang mencari pilot Susi Air, Philip Mehrtens.
Pilot berkewarganegaraan Selandia Baru ini disandera oleh kelompok separatis di wilayah Kabupaten Nduga, Papua Pegunungan, sejak 7 Februari lalu.
“Tentunya dengan kondisi seperti ini khususnya di daerah tertentu kami ubah menjadi operasi siaga tempur darat. Jadi ditingkatkan dari soft approach dengan menghadapi serangan yang seperti ini. Kami tingkatkan menjadi siaga tempur,” kata Yudo di Timika, Papua, Selasa (18/4) dikutip dari VOA Indonesia.
Menurut Yudo awalnya TNI berharap penyelamatan pilot Susi Air tersebut dilakukan tanpa adanya kekerasan, namun KKB justru menggencarkan serangan.
“Harapan kami dengan masyarakat di situ barangkali bisa diaksanakan untuk komunikasi dan koordinasi supaya diserahkan mungkin tidak perlu dengan kekerasan. Harapannya seperti itu tapi ternyata di jalan diadang dan ditembaki,” ujarnya.
Tidak Akan Tambah Pasukan
Meskipun telah meningkatkan status operasi siaga tempur. Namun TNI mengklaim tidak akan melakukan penambahan pasukan di Papua. TNI hanya akan melakukan rotasi pasukan terkait dengan situasi keamanan di Papua.
“Tidak ada. Saya kira tidak ada penambahan pasukan. Pasukan yang ada ini adalah rotasi. Pasukan ini yang termasuk sudah hampir setahun bertugas. Tentunya ini akan kami tarik dan rotasi pasukan yang baru,” ungkap Yudo.
Lebih jauh Yudo mengatakan operasi penyelamatan pilot Susi Air itu melibatkan 36 prajurit. Hingga laporan ini disampaikan, satu personil TNI diketahui gugur akibat serangan KKB akhir pekan lalu, yaitu Pratu Miftahul Arifin. Sementara itu empat prajurit TNI lainnya mengalami luka-luka karena ditembak dan jatuh saat berupaya menyelamatkan Miftahul Arifin, yang jatuh ke jurang setelah ditembak KKB.
“Ada tiga yang luka tembak dan satu luka karena terpeleset. Alhamdulillah kondisinya mereka sehat semuanya. Mereka masih sadar. Mudah-mudahan bisa pulih kembali,” jelas Yudo, seraya menambahkan empat personi lainnya masih belum diketahui keberadaannya.
“Yang belum terkonfirmasi sampai saat ini ada 4 personel. Saat ini masih kami cari, situasinya seperti itu. Saat ini kami konsentrasi untuk evakuasi yang meninggal. Karena yang meninggal terjatuh di jurang makanya kami usahakan untuk evakuasi,” ucap Yudo.
Selanjutnya TNI akan melakukan evaluasi terkait dengan operasi penyelamatan pilot Susi Air yang disandera KKB sejak Februari 2023.
“Dengan adanya seperti ini nanti akan menjadi evaluasi semuanya. Saya tidak bisa menentukan hari ini,” tandas Yudo.
Amnesty International Indonesia Kecam Peningkatan Status Operasi
Direktur Eksekutif Amnesty International Indonesia, Usman Hamid, menilai keputusan TNI untuk meningkatkan status operasi menjadi siaga tempur merupakan hal keliru dan gegabah. Pertama, pilihan kebijakan dan tindakan itu sangat berpotensi menimbulkan pertumpahan darah di Papua.
“Banyak korban sipil yang jatuh, akan bertambah jumlah anggota TNI yang tewas. Lalu, akan banyak pula fasilitas layanan umum yang terdampak,” katanya kepada VOA.
Kedua, pilihan kebijakan yang dipilih TNI itu telah melangkahi mekanisme undang-undang yang mensyaratkan perlu adanya keputusan presiden dan persetujuan DPR sebagai keputusan politik negara. Ketiga, kebijakan itu bisa dianggap mendahului kajian yang tengah dilakukan oleh Lembaga Pertahanan Nasional (Lemhanas) atas perintah presiden.
“Lemhanas perlu segera menyampaikan pada presiden hasil kajian strategis beserta pilihan kebijakan yang lebih baik dan menurunkan eskalasi konflik bersenjata serta pentingnya keselamatan warga sipil. Termasuk pilot Susi Air yang tengah disandera oleh Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat-Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM) pimpinan Egianus Kogoya,” jelas Usman.
Kemudian, dengan meningkatnya status operasi menjadi siaga tempur membuat Indonesia semakin tidak akan bisa menutupi masalah Papua di tingkat dunia. “Indonesia bisa masuk ke lumpur diplomatik yang akan menyulitkan Indonesia dalam menjaga reputasi internasional,” pungkas Usman.
OPM: Kami Tidak Takut dengan Operasi Apapun
Sementara itu juru bicara TPNPB-OPM, Sebby Sambom, mengatakan pihaknya tidak takut dengan peningkatan status operasi siaga tempur yang disiapkan oleh TNI.
“Operasi apa pun. Kirim pasukan model apa saja. Mau pasukan setan, pasukan laba-laba, pasukan kelelawar, pasukan tengkorak; kami TPNPB-OPM dengan rakyat Papua tidak panik. Karena bagi kami, prinsip kami, TNI-Polri yang datang ke Papua itu adalah pencuri, perampok dan teroris,” katanya kepada VOA. (VOA Indonesia/Far)