Ada juga Pak Yamin. Juragan besi ini yang membawa saya membeli tanah di depan rumah saya seluas 1.800an meter persegi, tapi kini sudah saya jual kembali. Di bawah kepemimpinannya kegiatan RW kami waktu itu sangat dinamis. Di juga salah satu jemaah yang sangat sering salat subuh di mesjid. Dia malah sudah meninggal lebih dahulu dari generasinya.
Ada juga Pak Sainan. Lelaki yang menjadi perantara waktu saya membeli rumah yang saya tempati sekarang, pun telah pergi selama-lamanya. Sebelumnya dia hampir selalu lalu lalang di depan rumah saya. Tetangga setelah tingkungan dalam rumah saya ini, kalo lebaran selalu pada pagi hari pertama datang lengkap dengan hampir seluruh keluarga besarnya.
Kini tinggal anak cucunya yang masih berinteraksi dengan kami, karena isterinya pun beberapa bulan silam menyusulnya ke alam baka. Salah satu anaknya sekarang menjadi ketua RT di lingkungan kami.
Itu cuma empat contoh tetangga yang biasa sholat subuh bersama-sama di mesjid. Semua telah pergi. Selain keempatnya, tentu, banyak lagi yang telah pergi untuk selama-lamanya. Saya perhatikan, saat ini tinggal beberapa orang tua saja generasi di atas saya yang masih hidup, termasuk Ustad Satiri, ketua mesjid kami. Selebihnya tinggal kenangan saja. Sebuah generasi jemaah sholat subuh di mesjid tanpa terasa berlalu sudah.