Setelah rumah itu hamba beli, bangunannya lantas hamba hancurkan. Lantainya hamba perkuat dan pleaster dengan semen. Di ujung kiri kanan, hamba pasang ring basket. Jadi sebuah lapangan basket. Disitulah anak gadis hamba sering berlatih basket.
Begitulah mungkin cinta seorang ayah kepada anak gadisnya. Sepanjang mampu, dan memberikan kegiatan yang positif, apapun yang diperlukan sang anak gadis, sejauh mungkin bakal dipenuhi ayahnya.
Hal yang sama terjadi pada diri hamba. Lantaran sewaktu SMA anak gadis hamba hobi main basket, sebagai Ayah yang kebetulan saat itu diberikan kemampuan, hampa pun menyediakan lapangan basket buat anak gadisnya.
Seiring dengan berjalannya waktu, anak gadis hamba lulus SMA dan kuliah di fakultas hukum. Dia mulai tak aktif lagi di dunia basket dan tak lagi memakai lapangan basket yang dibuat khusus ayahnya buat dia. Jadi lahan tersebut menjadi kurang bermanfaat.
Makanya kalau memang ada orang yang berminat membeli lahan itu, hampa dapat “memikirkannya “ untuk melepaskannya (baca: menjualnya).