Selain itu, inovasi juga harus mengarah pada smart farming. “Smart farming melibatkan berbagai macam disipiln ilmu, mulai dari IT, elektro, internet of things (IoT), dan sebagainya, untuk pertanian yang lebih cerdas, sehingga semua bisa diautomasikan,” katanya.
Tren inovasi selanjutnya adalah precision farming, misalnya memanfaatkan drone untuk menyebarkan pupuk dan air, sehingga efisien dan tidak boros. “Teknologi IoT juga diperlukan untuk mendeteksi tanaman, misalnya kapan harus diberikan air, jika cukup, otomatis kerannya ditutup, dan sebagainya,” tambah Marsudi.
Bicara soal produksi pertanian, lanjut Marsudi, kunci utamanya adalah bagaimana meningkatkan produktivitas di hulu, salah satunya dengan melakukan genetic engineering.
Dirinya juga menyinggung soal kondisi ketahanan pangan Indonesia pada 2023. Berdasarkan data Badan Pangan Nasional (Bapanas), komoditas garam, gula, daging ruminansia, bawang putih, dan kedelai masih bergantung impor.
“Maka, jika berinovasi, para engineer fokuskan pada komoditas-komoditas itu,” kata Marsudi.