Prosesnya melibatkan aktor dan aktris lokal Bali serta dibuat dengan Bahasa Bali. Film ini merupakan medium kampanye sekaligus sarana komunikasi untuk membahas masalah tanah, untuk itu dibuat sedekat mungkin melalui pendekatan dan cerita yang bernilai lokal.
Cerita dari kedua film ini tidak lepas dari kisah nyata dan pengalaman warga Bali terkait tanah. Di awal Januari 2023, ICW, BaleBengong, Kelompok Jurnalis Warga dan Filmmaker di Bali mengadakan diskusi terfokus untuk membincang masalah tanah di Bali.
Hasilnya sebuah inventarisir masalah tanah yang beragam. Mulai dari masalah harga yang melambung, kesulitan warga Bali untuk membeli dan mempertahankan tanahnya hingga penurunan kualitas hidup masyarakat karena alih fungsi tanah.
“Warga Bali mulai kesulitan mendapat air bersih dan bercocok tanam. Namun, permasalahan yang banyak ini tampak sulit diselesaikan karena sulitnya ruang bersuara dan masih minimnya transparansi dalam pengelolaan tanah di Bali,” katanya.
Puja Astawa melihat Bali tidak baik-baik saja, tetapi kelihatan baik. “Sekebedik (sedikit demi sedikit) tanah hilang,” ujar Puja Astawa.