Sedangkan Wayan Martino, sutradara dari Niskala Studio menambahkan timnya tertarik membawa tema perempuan karena kerap termarjinalkan. Dalam filmnya ia menunjukkan kebingungan tokohnya menghadapi beragam masalah sehingga menyebabkan trauma berkepanjangan.
“Saya menghadirkan tema perempuan, karena ketika ada persoalan apapun, terutama soal tanah, yang paling mendapatkan masalah itu perempuan,” ujar Martino.
Lebih dari 50 orang didominasi anak muda menonton peluncuran dua film pendek ini kemudian mengikuti diskusinya.
Sebelum pemutaran, mereka diajak menyampaikan kegundahan melalui melukis kaos dan totebag serta sablon cukil yang didampingi Gilang dan komunitas Disprint Kultur. (timur)