Sekitar 2008, Nissa mengusulkan agar SPP tidak melulu mengurusi advokasi agraria. Pendidikan soal tata produksi pertanian harus diajarkan ke para petani. Nissa resah melihat kondisi di sekitarnya. Para petani di Garut dianggap kurang memahami soal tata produksi. Akibatnya, mereka terlilit utang dan terpaksa menjual lahan pertanian.
Usul Nissa ternyata ditolak pengurus SPP lainnya. Karena idenya tidak diakomodasi di SPP, dia akhirnya mewujudkannya secara mandiri bersama suaminya, Ibang Lukmanurdin. Agar bisa fokus membidani ide tersebut, dia dan suaminya memilih hengkang dari SPP. “Saya pikir saya harus rehat dan menarik diri dari pergulatan mengurusi urusan agraria,” katanya.
Membangun Mimpi
Lewat sebuah pertimbangan matang, Nissa dan Ibang mendirikan Pesantren Ath-Thaariq pada 2008. Lokasinya di Kampung Cimurugul, Kelurahan Sukagalih, Kecamatan Tarogong Kidul, Kabupaten Garut, Jawa Barat. Pesantren yang terletak di tengah sawah ini berdiri di atas tanah seluas 8.500 meter persegi.
Meski pesantren, lembaga itu tidak hanya mengajarkan santrinya mengaji. Ath-Thaariq mengajarkan pendidikan berbasis ekologi dalam produksi pertanian. Jadi, bukan hanya belajar agama, para santri juga bertani. Hasil pertanian pun dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan pesantren.