Sosialisme Islam, imbuh Haedar, juga pernah disinggung oleh KH. Ahmad Dahlan dalam 17 Pokok Ajaran Islam. Namun Haedar menyayangkan, karena setelah itu tidak ada yang menulis kapitalisme Islam.
“Cuman setelah itu, jarang yang menulis tentang kapitalisme Islam. Mestinya ada juga, tentang bagaimana dimensi kapitalistik Islam itu, ada mesti. Sementara di umat Islam sudah terlanjur pro dhuafa dan anti orang kaya,” imbuhnya.
Ketimpangan tersebut menjadikan Agama Islam sebagai alasan menolak kemapanan. Dan itu berpengaruh pada kehidupan politik juga, aura tersebut merambat pada anti orang sukses dan anti kekuasaan. Padahal di saat yang sama, berkeinginan memberdayakan kaum Dhuafa’— Mustadh’afin.
“Beruntungnya Muhammadiyah memiliki kemampuan mentransmisikan ajaran Islam dalam institusi sekolah, perguruan tinggi dan organisasi gerakan perempuan.” Ucapnya.
Bahkan ‘Aisyiyah sebagai gerakan perempuan Islam genuin Muhammadiyah melampaui teori-teori gender. ‘Aisyiyah sebagai karya Kiai Dahlan yang mengangkat dirinya menjadi Pahlawan Nasional, yang berhasil menyetarakan peran laki-laki dan perempuan tanpa diskriminasi. (ahmad)