IPOL.ID – Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat-Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM) atau kelompok kriminal bersenjata (KKB) mengancam akan menembak pilot Susi Air berkebangsaan Selandia Baru jika tidak ada pembicaraan mengenai kemerdekaan Papua dalam dua bulan ke depan.
TPNPB-OPM memberi pernyataan tersebut melalui rekaman video yang dirilis pada Jumat (26/5).
KKB menyandera Phillip Mehrtens setelah dia mendaratkan pesawat Susi Air di daerah pegunungan Nduga pada Februari.
Dalam video terbaru, Mehrtens yang tampak kurus memegang bendera Bintang Kejora simbol kemerdekaan Papua Barat. Ia dikelilingi oleh anggota separatis Papua yang mengacungkan senjata api.
Menurut seorang analis, senjata api itu adalah senapan serbu yang diproduksi secara lokal.
Berbicara di depan kamera, Mehrtens mengatakan para separatis menginginkan negara selain Indonesia untuk terlibat dalam dialog tentang kemerdekaan Papua.
“Jika itu tidak terlaksana dalam dua bulan maka mereka mengatakan akan menembak saya,” kata Mehrtens dalam tayangan video yang dibagikan oleh juru bicara TPNPB-OPM , Sebby Sambom, dan diverifikasi oleh Deka Anwar, analis di Policy Analysis of Conflict (IPAC) di Jakarta, dikutip dari VOA Indonesia, Sabtu (27/5).
Seorang juru bicara Kementerian Luar Negeri Selandia Baru mengatakan dalam email kepada Reuters pada Sabtu (27/5) bahwa mereka mengetahui foto dan video yang beredar.
“Kami melakukan semua yang kami bisa untuk mencapai resolusi damai dan pembebasan aman Tuan Mehrtens,” tambah juru bicara itu.
Sementara itu, Kepala Pusat Penerangan TNI Laksma Julius Widjojono pada Sabtu (27/5) bahwa militer akan terus melakukan tindakan terukur sesuai dengan prosedur operasi standar.
Kementerian Luar Negeri tidak menanggapi permintaan komentar.
Pihak berwenang sebelumnya mengatakan bahwa mereka memprioritaskan negosiasi damai untuk membebaskan pilot Susi Air, tetapi kesulitan untuk mengakses medan dataran tinggi yang terisolasi dan terjal.
Konflik bersenjata intensitas rendah, tetapi makin mematikan untuk menuntut kemerdekaan sudah terjadi di Papua sejak akhir 1960an. Papua bergabung ke Indonesia setelah referendum yang kontroversial di bawah pengawasan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada 1969.
Konflik di Papua meningkat secara signifikan sejak 2018. Para separatis pro-kemerdekaan melakukan serangan yang lebih mematikan dengan frekuensi yang lebih sering, terutama karena mereka berhasil mendapatkan senjata yang lebih canggih.
Rumianus Wandikbo dari TPNPB-OPM – sayap militer Gerakan Papua Merdeka – meminta negara-negara seperti Selandia Baru, Australia dan negara-negara Barat untuk memulai pembicaraan dengan Indonesia dan kelompok separatis.
“Kami tidak meminta uang…Kami benar-benar menuntut hak kedaulatan kami,” katanya dalam video terpisah. (VOA Indonesia/Far)