IPOL.ID – Sejumlah permainan tradisional disuguhkan pengelola Taman Mini Indonesia Indah (TMII) Jakarta Timur saat masa liburan sekolah anak tiba. Diyakini permainan tradisional dapat membuat para orang tua bernostalgia ketika menemani buah hatinya berkunjung ke TMII, Sabtu (24/6).
Direktur Pengelola Taman Mini Indonesia Indah, Claudia Ingkiriwang menjelaskan, sejumlah mainan tradisional yang disuguhkan TMII tentunya akan seru dimainkan oleh anak-anak. Mulai dari Egrang, Gundu, Layangan dan lain sebagainya.
“Sampai permainan (tradisional) yang harus dilakukan musti bersama-sama teman-teman sebaya seperti Lompat Karet, dan Galasin akan kami hadirkan, tapi ada juga permainan yang dilakukan sendiri seperti layang-layang dan lainnya. Tentunya para orang tua akan bernostalgia kembali,” kata Claudia pada awak media di TMII, Jakarta Timur, Sabtu (24/6).
Dia mengatakan, libur panjang sekolah anak-anak dalam kegiatan yang dirangkum TMII dalam tajuk ‘Kumpul Bocah’ ‘Lets Kids be Kids’ akan menjadi nostalgia orang tua. Jadi mudah-mudahan dengan adanya permainan tradisional di TMII anak-anak bisa kembali bermain dan tidak melulu bermain di dunia maya atau online bermain gadget.
“Itu yang kami angkat di TMII, jadi anak-anak kembali menjadi anak-anak dan memang anak-anak dapat bermain bersama temannya, sifatnya bermain dan bereksplorasi,” tambah perempuan mengenakan kebaya putih itu.
Nah, yang kedua ada juga kegiatan-kegiatan secara khusus berkolaborasi dengan museum-museum di TMII pada awal Juli 2023. Salah satunya adalah simulator pesawat dan anak-anak bisa langsung mencoba simulator bagaimana menjadi pilot dengan dipandu oleh petugas Museum Transportasi.
“Ada pilotnya ada co-pilotnya dan sebagainya. Simulator pesawat itu dapat dicoba anak berumur 9-18 tahun. Itu seru banget,” ujarnya.
Kemudian tentunya ada kegiatan yang berkesenian, bagaimana anak dapat membuat wayang, bagaimana menjadi dalang cilik dan lain sebagainya. Disamping TMII juga memiliki wayang urban.
“Karena itu akar budaya Indonesia. Kita ingin itu tetap ada di anak-anak Indonesia, budaya itu harus tetap mengakar dan melekat, dan tetap ada,” ucap Claudia.
Selain itu, tidak kalah ada hiburan untuk ibu-ibu yang ingin menjajal beragam kuliner nusantara di TMII. Kuliner dipusatkan di Food Truck, dan Plaza Selatan.
“Untuk week end akan ada tambahan kuliner Food Truck di TMII. Baik kuliner yang jarang ditemui kami angkat kembali. Kita juga tambahkan kendaraan listrik dan yang bisa disewa/berbayar bagi keluarga agar lebih leluasa keliling TMII,” terangnya.
“Semua kegembiraan itu bisa didapat dengan harga yang sangat terjangkau, harga tiket yang tidak naik Rp25 ribu. Sebagian kegiatan gratis dan jika pun berbiaya masih terjangkau,” tambah dia.
Permainan di dalam ruangan pun diadakan pihaknya, seperti indoor racing sepeda untuk anak-anak umur dibawah 6 tahun. Sehingga anak-anak dapat senang bermain bersama orangtuanya dan harganya pun terjangkau.
“Tentunya anak akan senang naik sepeda dan scooter di dalam ruanhan, serta bermain skateboard di ruang terbuka hijau yang aman”.
Lebih jauh, dikatakannya, TMII juga menyuguhkan Tarian Kecak dengan melibatkan pengunjung yang tak hanya menonton di bawah Tugu Pancasila. Bahkan ada juga sebelumnya ibu-ibu asal Negara Jepang bermain Kulintang.
Dalam waktu dekat ini akan ada museum layang-layang bekerjasama dengan TMII untuk mengadakan festival layang-layang tersebut. “Karena di Jakarta anak-anak bermain layangan kan susah karena terganggu dengan kendaraan dan dapat membahayakan keselamatan,” tandasnya.
Sementara, kegiatan rutinitas lainnya di TMII masih tetap ada di dalam museum dan anjungan aktif memberikan edukasi mengenai budaya, tentang rumah adat, tarian, hingga alat musik.
“Karena memang kekuatan TMII ada diedukasi dan sejauh ini TMII tidak menargetkan pengunjung saat masa liburan sekolah anak tiba,” tukas Claudia.
Sementara itu, salah satu pengunjung, Afiva, 26, mengatakan, dia bersama teman baru kali pertama ke TMII lagi setelah sebelumnya sedang direnovasi. Dan dirinya setuju pada masa liburan sekolah anak di TMII saat ini dijadikan sebagai arena permainan tradisional.
“Agar tidak melulu (anak) bermain gadget, anak dapat bermain bersama alam dan bebas,” pungkas Afiva. (Joesvicar Iqbal)