IPOL.ID – Tujuh puluh delapan tahun merdeka, Indonesia memiliki tujuh Presiden, dari Soekarno (Bung Karno) hingga Joko Widodo (Jokowi). Namun Presiden Republik Indonesia (RI) paling disukai bukan Bung Karno, tapi Jokowi yang bersaing dengan Soeharto.
Hal tersebut dikupas dalam hasil temuan lembaga survei nasional bertema ‘Dari Jokowi Hingga Bung Karno dan Pilihan Capres 2024’ di Jakarta.
Peneliti Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA, Adjie Alfaraby mengatakan, Jokowi presiden dari partai PDIP. Ketika PDIP kini mencalonkan Ganjar Pranowo. Perlahan-lahan pendukung Jokowi bergeser dari Ganjar ke Prabowo?
Tema ini, lanjut Adjie, disamping isu lain, kini digali dalam laporan survei nasional LSI adalah presiden paling disukai dari Bung Karno hingga Jokowi.
“Jokowi dan Soeharto bersaing ketat sebagai Presiden paling disukai. Jokowi jadi Presiden paling disukai 35.1% publik Indonesia. Pesaing ketatnya Soeharto 31.9%,” papar Adjie dalam hasil temuan lembaga survei nasional bertema ‘Dari Jokowi Hingga Bung Karno dan Pilihan Capres 2024’ di kantor LSI di kawasan Rawamangun, Jakarta Timur, Senin (19/6) siang.
Selanjutnya, presiden paling disukai, adalah Soekarno 10%. Susilo Bambang Yudhyoyono (SBY) berada di urutan selanjutnya 9.1%.
Abdurahman Wahid akrab disapa Gus Dur jadi Presiden paling disukai 4.6%. Bacharuddin Jusuf Habibie jadi Presiden paling disukai 3.6%, dan Megawati Soekarnoputri 0.3%.
Dibedah dari segmen ekonomi, Jokowi paling disukai di masyarakat dengan pendapatan Rp4 juta ke bawah. Untuk masyarakat berpendapatan Rp4 juta ke atas, Soeharto jadi Presiden paling disukai.
Untuk segmen pendidikan, Jokowi paling disukai masyarakat berpendidikan tamat SMA ke atas. Soeharto paling disukai di masyarakat pendidikan tamat SMP.
Pada sisi penganut agama, Jokowi paling disukai di pemeluk agama Islam maupun non-Islam.
Presiden disukai di segmen pilihan partai memperlihatkan kecendrungan menarik. Jokowi paling disukai di pemilih PDIP. Soeharto di pemilih Golkar, Gerindra, Nasdem, PKS, PAN, PPP. Sedangkan SBY disukai di pemilih Demokrat.
Segmen usia, Jokowi jadi pilihan disukai masyarakat usia 50 tahun ke bawah. Masyarakat usia 50 tahun keatas suka Soeharto.
Memori pemilih usia 50 tahun ke atas, lahir sebelum Tahun 1973, masih dipesona sisi kuat mantan Presiden Soeharto.
Dilihat dari teritori, Jokowi disukai publik di Jawa, Sumatera, Kalimantan, Bali-NTB-NTT, dan Maluku-Papua. Soeharto di Sulawesi.
“Di semua segmen masyarakat, praktis Jokowi dan Soeharto saling mengalahkan,” jelasnya.
Kedua, tingkat kepuasan atas kinerja Jokowi, mayoritas masyarakat Indonesia puas terhadap kinerja Jokowi sebesar 76.2%.
Kepuasan masyarakat terhadap kinerja Jokowi terutama dibidang sosial budaya (86.6%), keamanan (78.9%), international (73.1%), penegakan hukum (64.5%), penyediaan sembako (61.7%), ekonomi (60.1%), kesejahteraan guru dan PNS (58.3%), dan politik (56.4%).
“Delapan bidang itu menjadi rapor biru Jokowi, kepuasan di atas 50%,” ungkapnya.
Kepuasan dan ketidakpuasan terhadap kinerja Jokowi jika di crosstab pilihan 3 capres (Prabowo, Ganjar, Anies), memperlihatkan temuan Prabowo unggul di pemilih puas kinerja Jokowi. Prabowo unggul tipis di atas Ganjar.
Anies unggul di pemilih tidak puas dengan Jokowi. Dengan kinerja Jokowi paling banyak memilih Prabowo (39.5%). Pemilih Ganjar (38.7%), dan pemilih Anies (14.1%).
Kepuasan terhadap Jokowi jika di crosstab dengan capres head to head Ganjar versus Anies hasilnya publik puas terhadap Jokowi lebih banyak memilih Ganjar (57.3%), Anies 25.3%.
Sebaliknya, publik tidak puas kinerja Jokowi, lebih banyak memilih Anies (59.8%) dan Ganjar 19.6%.
Capres head to head Prabowo versus (Vs) Anies, yang puas terhadap kinerja Jokowi, lebih banyak pilih Prabowo (55.7%).
Jika head to head Prabowo vs Ganjar di segmen kepuasan terhadap Jokowi? Adjie menjelaskan, Prabowo unggul atas Ganjar. Publik puas dengan kinerja Jokowi memilih Prabowo sebesar 43.3%. Ganjar 42.3%. Yang tidak puas dengan kinerja Jokowi memilih Prabowo 43.8%, Ganjar 40.2%.
Menarik dielaborasi, untuk kasus piala dunia sepak bola u20, Ganjar lebih patuh pada Megawati ketimbang Jokowi. Saat itu, Jokowi tak mempermasalahkan kehadiran Tim Israel.
Ganjar juga dibranding petugas partai, yang membuat Ganjar dianggap lebih dikendalikan Megawati, bukan Jokowi. Ada kedekatan emosional dan kecocokan Prabowo dengan Jokowi dan keluarga Jokowi.
Prabowo bisa langsung deal dengan Jokowi soal apapun, sedangkan Ganjar perlu ada perantara partai karena posisinya petugas partai.
Ketiga, untuk capres sebagai petugas partai, mayoritas masyarakat tak setuju presiden sebagai petugas partai. Mayoritas pemilih partai tak setuju presiden petugas partai. Bahkan pemilih PDIP mayoritas tak setuju presiden petugas partai (78%).
Pemilih Gerindra (71.6%). Pemilih Golkar (75.4%). Pemilih PKB (64.7%). Pemilih Nasdem (68.1%). Pemilih Demokrat (76.5%). Pemilih PKS (81.3%). Pemilih PAN (76.7%). Pemilih PPP (60%).
Dari sisi pemilih tiga capres (Prabowo, Ganjar, Anies), Ganjar unggul dengan presiden petugas partai (49.1%). Prabowo unggul, tidak setuju presiden petugas partai (40.3%).
Head to head Ganjar vs Anies. Ganjar unggul telak atas Anies terkait presiden petugas partai (68.7% vs 15.0%).
Jika head to head Prabowo vs Ganjar, maka Prabowo unggul atas Ganjar, tidak setuju presiden petugas partai (46.0% vs 38.1%). Presiden petugas partai,! Ganjar unggul atas Prabowo (53.6% vs 35.7%).
Keempat, capres hampir pasti, cawapres justru belum pasti. PDIP memiliki dukungan cukup mencalonkan pasangan capres dan cawapres.
Dalam tradisinya, PDIP cenderung memilih cawapres tokoh NU merepresentasikan Islam. Tapi Cawapres Ganjar dan Prabowo sepenuhnya tergantung Megawati.
Beredar nama, diantaranya Mahfud MD, Menkopolhukam. Khofifah Indar Parawansa, Gubernur Jawa timur dan tokoh muslimat NU, Said Aqil Siradj yang pernah menjadi ketua PBNU.
Diluar nama diatas masih ada nama yang dipertimbangkan untuk mengisi posisi cawapres Ganjar, seperti Sandiaga Uno melalui partai PPP.
Bagaimana dengan Koalisi Perubahan Anies Baswedan? Adjie mengungkap, cawapres koalisi perubahan dipilih untuk menjaga agar Nasdem, PKS, dan Demokrat tak pecah.
Beredar nama bisa jadi pilihan yaitu Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), Ketua Umum Partai Demokrat. Khofifah atau tokoh lainnya bisa diterima semua partai Koalisi Perubahan.
Koalisi Prabowo memiliki persoalan sendiri. Prabowo tetap perlu cawapres dari partai pembawa tiket. Ada Airlangga Hartarto, Ketua Umum Partai Golkar, dan Erick Thohir pembawa dukungan PAN.
“Sebagai partai kedua terbesar, Golkar tentu akan memaksimalkan pilihan, dalam hal ini, Airlangga bakal bersaing keras dengan Erick Thohir,” tandasnya.
Pilihan kedua Golkar menjadi capres poros keempat, Golkar dan PAN. Dalam poros keempat, Airlangga sebagai Capres, dan Zulkifli Hasan sebagai Cawapres.
Kelebihan Airlangga membawa Golkar, pengalaman di pemerintahan, sumber dana, kekuatan yang jarang dimiliki cawapres lain. Sehingga menjelang 8 bulan Pilpres, dinamika pertarungan capres akan semakin seru.
“Total pemilih pengagum Jokowi dan Suharto sebanyak 35.1 persen + 31.9 persen, total 67 persen. Makin banyak memenangkan pemilih pengagum dua presiden itu, semakin capres bersangkutan berjaya,” pungkasnya. (Joesvicar Iqbal/msb)