IPOL.ID – Dalam peristiwa banjir yang menerjang wilayah Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku, Minggu (9/7) malam mengakibatkan satu unit jembatan penghubung putus. Sehingga berdampak aktivitas warga masyarakat sekitar terganggu.
Dilaporkan jika jembatan Kawanua sepanjang 480 meter itu mengalami kerusakan sekitar dua bentangan atau 150 meter lantaran derasnya banjir yang melimpas.
Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Maluku Tengah, Abdul Latif Key menerangkan, banjir terjadi usai hujan dengan intensitas tinggi mengguyur wilayahnya beberapa hari.
“Sampai saat ini, aktifitas masyarakat masih belum bisa dilakukan di area sungai, baik pengguna transportasi maupun pejalan kaki,” terang Abdul Latif melalui sambungan telepon pada awak media, Selasa (11/7).
Jembatan itu merupakan akses utama warga dari Kecamatan Tehoru di Kabupaten Maluku Tengah menuju Kecamatan Siwalalat di Kabupaten Seram Bagian Timur. Sehingga akses Trans Pulau Seram sementara waktu dapat ditempuh melalui jalur laut.
BPBD Kabupaten Maluku Tengah juga terus berkoordinasi dengan pihak terkait guna melakukan penanganan darurat. Namun kondisi cuaca dilokasi menjadi kendala tersendiri dalam upaya perbaikan jembatan di Kawanua.
Kemudian jembatan Wai Tonetana di Waipia juga sempat mengalami kerusakan. Kondisi terkini, kerusakan sudah berhasil ditangani oleh Balai Pelaksana Jalan Nasional (BPJN) dengan melakukan perbaikan di ujung jembatan.
Saat ini lalu lintas transportasi roda dua maupun roda empat sudah dapat melintas secara normal.
Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops) BNPB melaporkan banjir juga berdampak pada 56 rumah di Desa Holo Kecamatan Amahai. Sedikitnya 257 jiwa terdampak kejadian ini. Dilaporkan tidak ada warga yang mengungsi maupun korban jiwa akibat bencana banjir melanda tersebut.
Merujuk prakiraan cuaca BMKG untuk tiga hari kedepan (13/7) wilayah Maluku Tengah masih berpotensi hujan dengan intensitas ringan hingga sedang disertai petir.
Menyikapi hal ini, Abdul Muhari, Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengimbau untuk masyarakat dan pemerintah daerah untuk meningkatkan kesiapsiagaan dan kewaspadaan terhadap potensi bencana hidrometeorologi.
“Mengantisipasi potensi risiko yang diakibatkan bencana hidrometeorologi, warga dapat melakukan upaya kesiapsiagaan dini,” pesan Abdul Muhari.
Diantaranya dengan menyiapkan tempat-tempat evakuasi sementara berbasis komunitas. Lakukan evakuasi secara mandiri dan efektif apabila hujan terjadi lebih dari 1 jam dan jarak pandang kurang dari 150 meter.
“Apabila tidak dapat melakukan evakuasi, segera hubungi petugas untuk membantu proses evakuasi,” kata dia. (Joesvicar Iqbal)