Tradisi memasak bubur suro dinilai menanamkan sikap gotong royong karena proses memasaknya yang dilakukan secara bersama-sama, terutama kalangan Ibu-Ibu. Sikap itu yang menjadikan Indonesia tangguh.
Proses pembuatan bubur dilakukan dengan metode dan alat-alat tradisional seperti kompor kayu bakar kemudian diaduk secara manual dengan tangan selama sekitar dua jam.
Selain gotong royong, tradisi tersebut juga dinilai meningkat jiwa sosial karena bubur yang sudah jadi kemudian dibagikan kepada orang yang membutuhkan dan anak yatim.
“Masaknya, beras dulu dimasukkan ke kuali terus pakai air, pakai api (dimasak), terus dikocek-kocek sambil membacakan hafalan (ayat suci Al Quran) atau selawat hasbunallah wanikmat wakil nikmal maula wanikmannasir. Iya, (buburnya) dibagikan ke warga yang membutuhkan,” katanya.
Kegiatan kali ini diakui lebih meriah berkat dukungan kelompok sukarelawan Ganjar sehingga mereka pun siap mendukung Ganjar menjadi Presiden selanjutnya.
Warga pun berharap Ganjar akan memperhatikan wilayah Banten terutama dalam hal pembangunan infrastruktur jalan dan bantuan untuk masyarakat miskin, sehingga rakyat menjadi sejahtera.