IPOL.ID – Humas BRIN. Indonesia memiliki potensi bahan alam yang yang sangat tinggi, yang berasal dari laut dan darat, serta masih banyak yang belum tereksploitasi. Potensi bahan alam dari perairan (laut dan perairan tawar) serta dari tumbuhan darat telah banyak digunakan sebagai bahan baku obat tradisional di Indonesia dan negara lainnya. Bahan alam ini penting untuk digali dan dipelajari lebih lanjut agar manfaatnya bisa dikaji untuk menanggulangi penyakit.
Untuk itu, Pusat Riset Bahan baku Obat dan Obat Tradisional (PR BBOOT) Organisasi Riset Kesehatan, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menggelar webinar Sharing Knowledge Series 4 bertajuk “Pengungkapan Potensi Bahan Alam Indonesia dari Biota Laut dan Tumbuhan” secara virtual, Selasa (26/7).
Kepala PRBBOT BRIN, Sofa Fajriah, menyampaikan webinar ini diselenggarakan oleh kelompok riset kimia bahan alam. Diharapkannya webinar ini dapat menambah pengetahuan terutama untuk melihat potensi-potensi bahan alam dari laut maupun darat yang sangat tinggi dan banyak yang belum tereksplorasi.
“Mengungkap bahan alam dari biota laut dan tumbuhan dengan melihat potensi bahan alam dari perairan laut, tawar darat, maupun terestrial yang telah banyak digunakan sebagai bahan baku obat tradisional sangat diperlukan bagi negara kita. Sehingga potensi bahan alam termasuk potensi kimia bahan alam harus digali lebih lanjut untuk menanggulangi penyakit yang berprevalensi tinggi yang ada di Indonesia, dan membuka peluang kerjasama dengan berbagai pihak,” tuturnya sebagaimana rilis
Perekayasa Ahli Utama PRBBOT BRIN, Agus Supriyono menjelaskan ekosistem laut dan bioteknologi kelautan berkontribusi pada siklus oksigen dan membantu mengatur iklim bumi. Lautan mencakup 70 persen permukaan bumi dan 80 persen organisme yang hidup di ekosistem perairan sebagai agen biologis laut dan mengeksplorasi obat-obatan, kosmetik, nutraceuticals, enzim, industri, produk, bahan bakar nabati, makanan, dan akuakultur.
“Kendala dalam eksplorasi senyawa aktif dari biota, yaitu untuk isolasi aktif dibutuhkan biomassa (sebuah bentuk dari energi terbarukan yang berasal dari bahan organik seperti hewan dan tumbuhan) dalam jumlah relatif banyak, sehingga dapat merusak ekosistem laut. Membutuhkan penanganan sampel sesegera mungkin karena rawan pembusukan. Kondisi ekosistem laut semakin turun karena terjadinya kerusakan yang disebabkan faktor manusia dan alam. Selain itu, untuk pengumpulan sampel biota laut dibutuhkan keahlian terutama sampel dari laut yang lebih dalam sehingga memerlukan biaya yang lebih tinggi,” ucap Agus.
“Biota laut dari golongan invertebrata (hewan yang tidak memiliki tulang punggung) yang ada di wilayah laut Indonesia memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi produk yang bernilai tinggi terutama di bidang kesehatan. Adanya kerusakan yang terjadi di ekosistem laut, maka mikroba laut menjadi salah satu alternatif untuk dikembangkan untuk aplikasi di bidang kesehatan,” tambahnya.
Pada kesempatan yang sama, Peneliti Ahli Utama PRBBOT BRIN, Akhmad Darmawan menuturkan Indonesia merupakan salah satu pusat penyebaran tumbuhan Macaranga dan dikenal masyarakat lokal dengan sebutan mahang atau mara. Pemanfaatannya sebagai bahan bangunan, pengobatan tradisional yaitu obat diare, luka, batuk, obat disentri, obat luka, pewarna alami, dan pengawet gula.
“Senyawa terpenoid dan steroid adalah senyawa utama dari tumbuhan genus Macaranga dan sampai saat ini telah ditemukan kurang dari 230 senyawa metabolit sekunder dari total kurang dari 35 spesies Macaranga yang telah diteliti dan senyawa turunan flavanon yaitu senyawa dari jenis senyawa flavonoid yang paling banyak ditemukan,” ungkapnya.
Sementara Peneliti Ahli Utama lainnya, Media Fitri Isma Nugraha, mengatakan bahwa perairan darat memiliki potensi lain selain ikan, yaitu tumbuhan air. “Tumbuhan air mempunyai manfaat banyak dan harus kita maksimalkan sebanyak-banyaknya. Permintaan ikan meningkat tetapi ada kendalanya, yaitu penyakit yang disebabkan faktor biotik dan abiotik,” terangnya.
“Selama ini penanggulangan penyakit pada usaha akuakultur menggunakan antibiotik dan rempah jamu-jamuan yang biasa dikonsumsi manusia. Penggunaan antibiotik sangat tidak baik untuk konsumen dan menjadi cemaran pada perairan. Sedangan penggunaan rempah-rempah untuk obat ikan, akan mengurangi jumlah rempah-rempah yang dapat digunakan manusia,” sambung Media.
Kemudian solusi memecahkan masalah ini adalah dengan menggunakan tumbuhan air yang memiliki aktivitas senyawa antibakteri dan antioksidan, serta senyawa allelochemical lainnya. “Hasil penelitian yang saya lakukan bersama tim, bahwa perlakuan dengan tumbuhan air mampu memberi kesembuhan pada ikan seperti perlakuan dengan antibiotik,” imbuhnya.
Penelitian tentang aktivitas antioksidan, antikanker, antimalaria dan kandungan kimia dari Calophyllum spp, Pluchea indica Less dan Taya telah dilakukan oleh Jamilah, yang juga Peneliti Ahli Utama. “Kasus angka penyakit kanker dan malaria cukup tinggi di Indonesia. Dan kanker menjadi penyebab kematian terbesar di dunia, serta kasusnya meningkat hingga 70 persen dalam dua dekade. Sedangkan malaria penyakit infeksi yang mematikan nomor 5 dan menurut WHO tahun 2018 ada 3,2 juta penduduk dunia beresiko tinggi terinfeksi malaria,” terang Jamilah.
“Tujuan penelitian ini untuk memperoleh senyawa yang mempunyai aktivitas antioksidan, antikanker, dan antimalaria. Manfaatnya dapat meningkatkan nilai tambah tanaman Calopyllum, Pluchea indica dan Taya sebagai bahan baku obat mematikan tersebut. Kemudian dampaknya mengurangi ketergantungan obat impor setelah dilakukan uji in-vitro/in-vivo, pra klinis dan klinis,” bebernya.
Selanjutnya Jamilah juga mengungkapkan dalam Calophyllum spp, ada 12 senyawa anti kanker dan 7 senyawa anti malaria. Terdapat enam senyawa lainnya di tumbuhan Pluchea Indica selain yang ada di Calopyllum. Sedangkan untuk tumbuhan Taya, ekstrak etil asetat Taya (Neonauclea calycina) memiliki aktivitas sitotoksisitas dan aktivitas antioksidan yang bagus. “Semoga penelitian ini dapat menghasilkan struktur senyawa yang aktif dan efisien sehingga bermanfaat bagi banyak orang,” pungkasnya. (tim)