Nadia mengatakan, kepercayaan animisme (kepercayaan akan adanya makhluk halus dan roh) dan mistisisme (kepercayaan pada hal-hal gaib) mengakar kuat dalam kebudayaan Indonesia. Sehingga tak heran, katanya, film-film horor terutama yang berkenaan dengan seasuatu yang tidak bisa dijelaskan akal sehat bisa diterima dengan mudah oleh masyarakat Indonesia.
“Itu merupakan refleksi dari kebudayaan masyarakat setempat. Nah, di Indonesia, kebudayaannya memang suka hal-hal yang berbau mistis dan mitologi atau legenda. Masyarakat secara cultural sociology sudah mengarah ke sana,” ujarnya.
Dwi menjelaskan, masyarakat Indonesia pada umumnya senang membicarakan hal-hal yang berbau mistis dan horor sehingga bila ada opsi untuk melihatnya melalui medium audio visual seperti film, mereka merasa sangat tertarik. Mereka, kata Dwi, senang merasakan sensasi menakutkan dan menegangkan ketika menonton film-film itu.
Manoj sendiri mengatakan, keberhasilan film-film horor yang dibuat rumah produksinya tidak lepas dari keberhasilan timnya dalam melihat apa yang menjadi perhatian masyarakat sekaligus hingga batas tertentu, apa yang diyakini kebenarannya oleh masyarakat.