“Waktu 2017 kami rilis ‘Danur’, kami berhasil mendapatkan 2,7 juta penonton. Itulah awalnya dimulainya produksi film horor yang bermutu. Sebelumnya budget film-film horor umumnya low sehingga itu tercermin dalam kualitasnya yang njomplang. Minimal setelah ‘Danur’ ada banyak film horor bagus, seperti film ‘Pengabdi Setan’ yang production value-nya bagus, dan filmnya laris,” jelasnya.
Dwi Nugroho mengatakan, film-film horor Indonesia bila dikemas dengan baik sebetulnya mampu bersaing dengan film-film internasional yang diproduksi pusat-pusat film dunia. Indonesia, katanya, banyak memiliki ikon-ikon horor, seperti kuntilanak dan tuyul, yang pada umumnya tidak dikenal di belahan dunia yang lain dan bisa mengundang rasa penasaran orang-orang di luar negeri.
Menurut Dwi, kalau saja potensi ini digali, dan kemudian dikemas dalam bahasa yang universal atau mudah dipahami, dan dengan penceritaan yang baik, film-film horor Indonesia mampu bersaing di panggung internasional. (tim/voaindonesia)