Kata Nurma, “Dulu kita istilahnya sudah bekerja setengah mati belum tentu bisa membeli mobil mewah. Di sini, kita masih kuli saja, istilahnya, sudah mampu membeli mobil mewah. Bagaimana tidak menjanjikan?”
Situasi selama beberapa tahun ini tidak menyurutkan kegembiraannya merayakan Hari Kemerdekaan Amerika bersama dengan komunitas Indonesia di Baltimore. Kumpul bersama, memasak daging panggang, juga makan-makan masakan Indonesia – selera yang tak tergantikan oleh menu Barat, hingga menonton kembang api, merupakan tradisi komunitasnya.
Sementara itu Marfi dan Sinta menganggap karena telah menjadi warga negara AS, mereka respek dan ikut berpartisipasi merayakan Hari Kemerdekaan negara baru mereka. Namun Marfi menegaskan bahwa baginya acara ini hanya suatu selebrasi. Seperti orang Amerika pada umumnya dan setelah putrinya hidup mandiri, ia biasa berkumpul dengan teman-temannya untuk menonton pesta kembang api dan memasak daging panggang.
Soal apakah masih memungkinkan bagi orang-orang untuk memiliki impian di Amerika, Marfi yang pekerjaan terakhirnya adalah pengajar bahasa Indonesia untuk para diplomat AS yang akan ditugaskan di Indonesia, mengatakan, “Masih. Hanya satu syaratnya, harus bekerja keras, dan berkomitmen. Punya komitmen