“Namun buku tidak didapat dari dunia digital, literasi atau kemelekan membaca, menulis, berbicara, menghitung dan memecahkan masalah diperlukan dalam kehidupan sehari-hari,” ucap Angkie.
Sejauh ini apa saja yang telah dilakukan pemerintah, untuk itu buku itu dibuat. Dengan target pembaca di antaranya adalah kaum milenial agar lebih melek ke depannya khususnya terhadap kesetaraan.
Dia berharap sebagai perpanjangan tangan untuk semua disabilitas dan masyarakat Indonesia. Menyuarakan lebih dari 21 juta jiwa disabilitas di Indonesia.
“Sudah waktunya disabilitas setara, harapannya Indonesia lebih ramah disabilitas,” ungkapnya.
Kemudian bagaimana menciptakan itu semua, sambungnya, jujur dia yang juga disabilitas pernah mengalami masa-masa sulit. Bagaimana disabilitas berupaya memperjuangkan hak untuk menjadi warga negara dan lainnya.
Seperti halnya dia harus mengenakan alat bantu dengar, disabilitas punya hak untuk mendapatkan pendidikan, pendataan, menjadi tenaga kerja, kesehatan dan lain sebagainya.