“Dengan memilih buku yang tepat, perjenjangan buku membantu membentuk minat baca yang kuat, memperluas wawasan, dan membantu pembaca dalam pengembangan pribadi serta perkembangan kognitif dan emosional mereka,” tuturnya.
Kapusbuk pun menjelaskan bahwa terdapat dua karakteristik buku yang mendukung Perjenjangan
Buku, di antaranya buku ramah cerna (decodable book) dan buku berjenjang (leveled book).
“Perlu dipahami bahwa rentang usia bukan acuan atau patokan utama dalam program ini, namun patokannya adalah kemampuan membaca anak. Bisa jadi kelompok anak di suatu daerah memiliki kemampuan membaca yang lebih, atau justru sebaliknya,” jelasnya.
Maka dari itu, untuk memudahkan klasifikasi jenjang, diciptakanlah lima tingkat implementasi Perjenjangan Buku. “Dimulai dari Jenjang A untuk Pembaca Dini hingga jenjang E untuk Pembaca Mahir,” kata Supriyatno.
Tiga narasumber lain yang turut hadir dalam webinar antara lain Pegiat Literasi, Sofie Dewayani; Penggiat Komunitas SIDINA-Ibu Penggerak, Susi Sukaesih; dan Kepala Sekolah SD Negeri Iyameli, Alor, NTT, Via Wata Legimakani.