IPOL.ID – Media sosial dalam konteks budaya masih menjadi problem di Indonesia.Ada kecenderungan masokistis yakni rasa tidak puas dengan mengaku bahwa kondisi Indonesia jelek, dan menilai orang lain sedikit lebih baik. Nyatanya, fenomena ini juga dialami secara global.
Demikian disampaikan Putut Widjanarko, Dosen Paramadina Graduate School of Communication pada Diskusi bertajuk “Antisipasi Pemilu dan Pilpres 2024: Peran Media Sosial yang Belum Beradab” yang diselenggarakan secara hybrid di Universitas Paramadina Jakarta, bau-baru ini.
Putut menyatakan bahwa dalam konteks platform, sosial media memiliki problem yang mendasar, yang disebut oleh beberapa orang sebagai algoritma mobokratis.
“Cenderung mengumpulkan kerumunan karena prinsip platform yang sekarang berlandaskan pada atensi ekonomi. Ini memungkinkan berita hoax, bohong, misinformasi seperti misalnya ada berita binatang aneh, yang kurang bermanfaat. Karena attention itu dianut oleh semua melebar dengan cepat dan kemudian menjadi salah satu pendorong hoax, berita bohong dan kemudian hate speech juga bisa melebar dengan cepat,” ujar Putut,