“Jangan sampai anak menyaksikan apa yang tidak seharusnya dilihat,” tegasnya. Lalu keempat, mengajarkan dan mencontohkan cara menghadapi konflik yang baik kepada anak, dan yang kelima adalah asah empati.
Retno pun memberikan kiat untuk guru dan orang tua saat menghadapi kesalahan anak. Ia menuturkan, ketika terjadi kesalahan oleh anak, guru atau orang tua jangan menanggapinya dengan hukuman yang berpotensi kekerasan, namun harus melihat lebih dalam dan penting untuk menerapkan disiplin positif.
“Kita harus bersama-sama memutus mata rantai kekerasan dengan cara menciptakan lingkungan keluarga dan lingkungan sekolah yang bebas dari kekerasan,” ujarnya. Vera pun dengan tegas menyatakan pentingnya kenyamanan dan keamanan peserta didik. “Sekolah adalah rumah kedua bagi anak kita, maka sekolah harus menjadi tempat yang aman,” ucapnya.
Sebagai pernyataan penutup di akhir webinar, Praptono kemudian menegaskan peran berbagai pihak dalam penerapan kebijakan ini. Ia mengatakan, pencegahan dan penanganan kekerasan tidak cukup menjadi isu satu pihak. Semua pihak, yakni satuan pendidikan, pengawas/penilik, pemerintah daerah, serta lembaga-lembaga yang terkait lainnya harus berkolaborasi.