IPOL.ID – Persoalan sampah di Jakarta terus menjadi perhatian. Apalagi TPST Bantargebang, kini kondisinya nyaris overload.
Karenya, untuk bisa mengurangi resiko sampah di Jakarta. Kalangan politisi di DPRD DKI mulai memikirkan untuk penerapan teknologi seperti Intermediate Treatment Facility (ITF).
Hal itu diungkapkan anggota Komisi C DPRD DKI dari PDIP, Manuara Siahaan. Menurutnya, pengolahan sampah di Jakarta membutuhkan ITF karena keterbatasan lahan di Ibu Kota.
“Bagaimanapun karena lingkup Jakarta yang sempit dan lahan terbatas maka teknologi merupakan salah satu yang akan diterapkan untuk memusnahkan sampah,” ujar Manuara di Jakarta, Selasa (1/8).
Dikatakanya, amat disayangkan jika pemerintah memprioritaskan pengolahan sampah berbahan batu bara seperti Refused Derived Fuel (RDF) daripada ITF yang lebih hemat tempat dan minim residu.
Namun, kata dia untuk bisa mengembangkan ITF perlu pendanaan yang besar. Disamping itu, yang menjadi pertanyaan apakah persoalan ITF sudah dilakukan evaluasi mengingat Penyertaan Modal Daerah (PMD) untuk pembangunan ITF Sunter senilai Rp577 miliar sudah disiapkan.
Dia juga menyoroti dana untuk pengelolaan sampah (tipping fee) sebesar Rp500 ribu per ton sampah.
“Mungkin Penjabat Gubernur DKI Heru Budi Hartono sudah lihat betapa besarnya investasi ini sehingga beban yang harus ditanggung secara berkelanjutan dalam bentuk ‘tipping fee’ sangat besar, terlalu banyak menguras APBD,” paparnya.(Sofian)