Dikutip dari laman itb.ac.id, Anggit menjelaskan prinsip teknologi yang mereka kembangkan, yaitu prinsip absorpsi fisik. Proses ini melibatkan kompresor untuk menekan biogas dari atmosferik menjadi tekanan tinggi, kemudian biogas tersebut disiram air murni dalam scrubber untuk menghilangkan CO2. Setelah itu, CO2 yang terlarut dalam air akan dipisahkan dalam proses stripper sehingga menghasilkan biometana yang hampir bebas dari CO2.
Pengujian teknologi ini telah dilakukan di lapangan dengan pilot plant berkapasitas 60 m³/jam biogas. “Hasilnya menunjukkan bahwa biometan yang dihasilkan memenuhi spesifikasi SNI 9164 tahun 2023, yang mengharuskan CO2 kurang dari 5%. Selain itu, biometan ini juga telah diuji pada truk untuk digunakan sebagai bahan bakar,” katanya.
Selain itu, beliau menekankan potensi besar penggunaan biometana sebagai bahan bakar alternatif di Indonesia, terutama dalam mengurangi emisi CO2. Beliau juga merincikan bahwa banyak perusahaan, termasuk perusahaan sawit, semakin tertarik memanfaatkan biogas menjadi biometana. Hal tersebut menjadi peluang besar bagi para mahasiswa yang berminat dalam bidang bioenergi.