IPOL.ID – Pasca deklarasi Calon Presiden (Capres) Anies Rasyid Baswedan dengan Muhaimin Iskandar alias Cak Imin sebagai Calon Wakil Presiden (Cawapres). Sekitar 10 hari setelah itu, terlalu kuat sentimen negatif yang mengarah ke Anies, sebaliknya Capres Prabowo Subianto unggul.
Hal tersebut dipaparkan dalam survei terbaru Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA yang menempatkan elektabilitas Anies merosot usai menggandeng Cak Imin, Cawapres.
Berdasar survei terkini LSI Denny JA, elektabilitas Anies Baswedan turun 5,2 persen sejak dirinya memilih Cak Imin sebagai Cawapres.
“Sentimen negatif itu terlalu kuat datang terutama dari Partai Demokrat, kader Demokrat, semuanya menyerang ke Pak Anies, itu kemudian yang menyebabkan ada sentimen yang turun,” terang Peneliti LSI Denny JA, Adjie Alfaraby saat merilis survei terbaru LSI Denny JA bertajuk ‘Pasangan Capres dan Anies Menurun’ pada awak media di kantor LSI, Jalan Pemuda, Rawamangun, Jakarta Timur, Senin (2/10).
Koalisi Perubahan mendeklarasikan pasangan Anies-Cak Imin pada 2 September 2023. Pada Agustus 2023, meski berada di posisi buncit, elektabilitas Anies ada di angka 19,7 persen, namun pada September 2023 elektabilitasnya hanya tersisa 14,5 persen.
Adjie menjelaskan, yang kedua ini adalah sebagian pemilih Anies juga kaget dengan pilihan Anies memilih Cak Imin sebagai Cawapresnya.
“Itu juga yang menyebabkan kenapa suaranya (pemilih Anies) menurun dari 19 ke 14 persen,” papar Adjie.
Sedangkan jika dilihat dari Januari 2023, tren elektabilitas Anies terus menurun sampai 7,6 persen.
Kemudian dua capres pesaing Anies yakni Prabowo Subianto dan Ganjar Pranowo mengalami tren kenaikan elektabilitas.
Prabowo menjadi yang paling terkerek elektabilitasnya yakni sebesar 14,4 persen dari Januari sampai September 2023 yang kini berada di angka 39,8 persen.
Sedangkan elektabilitas Ganjar yang sempat turun di periode Mei 2023 ketika dirinya menolak Israel di Piala Dunia U-20, kini sudah mulai kembali naik meski masih di bawah Prabowo.
Saat ini elektabilitas Ganjar di angka 37,9 persen atau hanya bertambah 0,1 persen sejak awal 2023. “Antara Prabowo dan Ganjar beda tipis,” kata dia.
Lebih jauh, Peneliti LSI, Adjie mengungkapkan, sejumlah faktor yang membuat turunnya elektabilitas Anies setelah memilih Cak Imin.
Salah satunya karena adanya kemarahan dari Partai Demokrat yang merasa dikhianati oleh Anies dan NasDem karena sepihak menunjuk Cak Imin sebagai Cawapres Koalisi Perubahan.
“Adanya kritik keras Pak SBY soal pemimpin yang tidak memegang janji cukup berpengaruh atas menurunnya elektabilitas Anies,” ujar Adjie.
Selain itu, Adjie menyebut secara elektabilitas, Cak Imin juga kalah populer dibandingkan Ketua Umum Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) yang sebelumnya digadang bakal menjadi pendamping Anies.
“Popularitas atau pengenalan AHY sebesar 65,9 persen sedangkan popularitas Muhaimin/Cak Imin sebesar 49 persen. Popularitas keduanya terpaut 16,9 persen”.
Sedangkan dari sisi kesukaan, AHY kesukaan terhadapnya sebesar 68,3 persen dan terhadap Muhaimin sebesar 61,5 persen. Angka kesukaan terhadap keduanya terpaut 6,8 persen.
Dia menjelaskan, popularitas AHY bisa dilacak dari kontestasi di Pilkada DKI Jakarta Tahun 2017.
Pada saat itu Pilkada DKI mendapat liputan yang sangat luas. AHY menjadi salah satu kontestan mendapatkan efek popularitasnya.
Simpati publik juga muncul karena AHY relatif bersih dari pemberitaan kasus hukum maupun tindakan tercela.
“Asosiasi Anies Baswedan dengan AHY, SBY dan Demokrat lebih kuat elektabilitasnya ketimbang Anies dengan Muhaimin Iskandar dan PKB,” papar Adjie.
Kendati elektabilitas Anies merosot dan selisih cukup jauh dibandingkan Prabowo dan Ganjar, Adjie menambahkan, bukan berarti Anies sudah tak punya kesempatan menang.
Hal itu mengacu pada pengalaman Anies saat Pilkada Jakarta Tahun 2017 silam berhasil menang, kendati selalu kalah versi survei.
“Dalam Pilkada DKI, Anies juga selalu di angka buncit namun mesinnya memanas di babak akhir bisa menang. Anies masih tetap potensial melaju sebagai kuda hitam,” tukasnya.
Sementara, hingga September 2023, Prabowo masih tetap Capres dengan elektabilitas tertinggi, siapapun cawapresnya. Karena di bulan ini, pendaftaran Capres-Cawapres dibuka tanggal 19-25 Oktober 2023.
“Jika September bulan lalu penuh kejutan, maka Oktober bulan ini penuh kepastian,” tandasnya.
Sekadar diketahui, survei ini dilakukan dengan metodologi multi stage random sampling pada 4-12 September 2023. (Joesvicar Iqbal/msb)