IPOL.ID – Sebanyak 13 warga Israel dan empat warga negara Thailand telah tiba di Israel pada Minggu (26/11) dalam pembebasan sandera kedua dari tawanan Hamas untuk ditukar dengan tahanan Palestina.
Kesepakatan ini sempat terancam gagal akibat perselisihan mengenai pengiriman bantuan ke Gaza.
Meskipun dapat diatasi dengan mediasi Mesir dan Qatar, perselisihan yang mengancam gencatan senjata untuk membebaskan para tawanan, namun hal ini menunjukkan kerapuhan pakta yang dimaksudkan untuk membebaskan 50 sandera yang ditahan oleh kelompok-kelompok militan Palestina dan 150 tahanan yang ditahan di penjara-penjara Israel selama empat hari.
Tayangan televisi menunjukkan para sandera berada di sisi Mesir dari penyeberangan perbatasan Rafah setelah meninggalkan Gaza, ketika Hamas menyerahkan para tawanan kepada Komite Palang Merah Internasional pada Sabtu (25/11).
Enam dari 13 warga Israel yang dibebaskan adalah perempuan dan tujuh lainnya adalah anak-anak dan remaja.
“Para sandera yang dibebaskan sedang dalam perjalanan menuju rumah sakit di Israel, di mana mereka akan berkumpul kembali dengan keluarga mereka,” kata Pasukan Pertahanan Israel (IDF) dalam sebuah pernyataan, dilansir Reuters.
Israel membebaskan 39 warga Palestina, yakni enam perempuan dan 33 anak di bawah umur, dari dua penjara, demikian laporan kantor berita Palestina, WAFA.
Beberapa warga Palestina tiba di Alun-Alun Kota Al-Bireh di Ramallah, Tepi Barat yang diduduki Israel, di mana ribuan warga menanti mereka, kata seorang saksi mata Reuters.
Seorang pejabat Palestina yang mengetahui langkah diplomatik tersebut mengatakan Hamas akan melanjutkan gencatan senjata, yang merupakan gencatan senjata pertama sejak para pejuang Hamas merangsek masuk ke wilayah selatan Israel pada 7 Oktober, menewaskan 1.200 orang dan menyandera 240 orang.
Menanggapi serangan tersebut, Israel bersumpah untuk menghancurkan militan Hamas yang menguasai Gaza, menghujani daerah kantong tersebut dengan bom dan peluru serta melancarkan serangan darat di bagian utara. Sekitar 14.800 orang, sekitar 40 persen di antaranya adalah anak-anak, telah terbunuh, otoritas kesehatan Palestina mengatakan pada hari Sabtu.
Pertukaran pada Sabtu ini menyusul pembebasan awal 13 sandera Israel, termasuk anak-anak dan orang tua, oleh Hamas sebagai imbalan atas pembebasan 39 wanita dan pemuda Palestina dari penjara Israel.
Pada Jumat, Hamas juga membebaskan seorang warga negara Filipina dan 10 pekerja pertanian Thailand.
Perdana Menteri Srettha Thavisin sehari kemudian di platform media sosial X mengatakan, empat warga Thailand yang dibebaskan pada Sabtu ingin mandi dan menghubungi keluarga mereka, sembari menambahkan bahwa mereka semua dalam keadaan aman dan hanya menunjukkan sedikit efek buruk.
Sebanyak 18 warga Thailand masih ditahan, kata kementerian luar negeri Thailand pada hari Minggu.
“Saya sangat senang, saya sangat senang, saya tidak bisa menggambarkan perasaan saya sama sekali,” kata Thongkoon Onkaew kepada Reuters melalui telepon, setelah berita pembebasan putranya yang berusia 26 tahun, Natthaporn Onkaew, pencari nafkah utama keluarga.
Kesepakatan tersebut berisiko gagal ketika sayap bersenjata Hamas mengatakan pada Sabtu bahwa mereka menunda pembebasan hingga Israel memenuhi semua persyaratan gencatan senjata, termasuk berkomitmen untuk mengizinkan truk-truk bantuan masuk ke Gaza utara.
Memastikan bahwa kesepakatan tersebut tidak runtuh membutuhkan satu hari diplomasi berisiko tinggi yang dimediasi oleh Qatar dan Mesir, sebuah proses yang diikuti oleh Presiden AS Joe Biden, yang menelepon Emir Qatar Sheikh Tamim bin Hamad Al Thani.
Juru bicara Hamas Osama Hamdan mengatakan hanya 65 dari 340 truk bantuan yang telah memasuki Gaza sejak Jumat telah mencapai Gaza utara, yang merupakan kurang dari setengah dari yang disepakati Israel.
Brigade Al-Qassam, sayap bersenjata Hamas, juga mengatakan bahwa Israel telah gagal untuk menghormati persyaratan untuk pembebasan tahanan Palestina yang memperhitungkan waktu mereka dalam tahanan.
IDF mengatakan bahwa Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan organisasi-organisasi internasional mendistribusikan bantuan di dalam Jalur Gaza.
PBB mengatakan 61 truk mengirimkan bantuan ke Gaza utara pada Sabtu, jumlah terbanyak sejak perang dimulai tujuh minggu yang lalu. Bantuan tersebut termasuk makanan, air dan pasokan medis darurat.
Juru bicara kementerian luar negeri Qatar, Majed Al-Ansari, mengatakan telah terjadi banyak diskusi mengenai bagaimana dan siapa yang harus diprioritaskan untuk dibebaskan dan bahwa kriteria utama bagi pihak Palestina adalah lamanya waktu yang dihabiskan di penjara-penjara Israel.
“Kami sekarang berharap bahwa, dengan hari kedua atau ketiga dari jeda ini, kami akan dapat menyelesaikan banyak rincian yang membuat hari ini begitu sulit,” katanya kepada CNN.
Israel mengatakan gencatan senjata dapat diperpanjang jika Hamas terus membebaskan setidaknya 10 sandera per hari. Sebuah sumber Palestina mengatakan bahwa hingga 100 sandera dapat dibebaskan. (far)